Senin, 31 Oktober 2011

Realization Contrition Rectification Theorem

rumput yang bergoyang
Kawan, apakah disiplin itu penting? Ataukah merepotkan? Coba kalian bayangkan, bagaimana kalau kita seharian diharuskan memakai seragam ketat, dasi naik ke ujung kerah, topi harus dibawa kemana pun, dan jika bertemu orang yang lebih tua (misal kakak kelas dan guru) harus hormat? Merepotkan banget khan? Yap, tapi itu nyata bung. Itu adalah peraturan sekolah sobat saya. Disiplin, militer wannabe, dan tertib. Aku sungguh salut pada mereka yang sekolah di sana. Pertanyaan yang sering terbesit dalam pikiranku adalah, tidakkah mereka muak dengan segala aturan-aturan yang merepotkan itu?
Kalau dibandingkan dengan sekolahku, SBBS dalam masalah kedisiplinan kita belum ada apa-apanya. Enaklah kita, setiap hari kecuali hari Senin dan hari besar saja kita bersekolah memakai kaos polo dan celana biru dengan fantovel. Kita tak perlu pakai topi, dasi dan tetek bengek lain. Yeah enak sekali. kita tak perlu beri hormat pada guru. Karena kita sudah biasa enak dan bebas itulah kadang kita melampaui batas kewajaran. Dan hal itulah yang menjadi tema amanat dari kepala sekolahku pagi ini.
Sungguh, amanat beliau kalau kupikir-pikir ada benarnya juga. Aku merasa amat bersalah bung. Sering aku melanggar tata tertib sekolah. Ah, jika kita diberi toleransi dan kasih sayang dari seseorang sering kita malah membuat orang tersebut kesusahan. Akhir-akhir ini memang kepala sekolahku menjadi lebih tegas dan disiplin. Hal ini, bermaksud agar siswa-siswa SBBS menjadi disiplin. Pada amanat beliau tadi pagi, beliau amat berharap bahwa siswa SBBS tak hanya pandai saja namun juga disiplin dan menghormati guru. Itulah cita-cita beliau bung. Bisa kubayangkan bagaimana SBBS nanti jika ideologi beliau diterapkan pada kami, pasti SBBS akan bertambah keren. He3x...
Anak kecil memang susah diatur. Sebagai contoh saja, anak SMP SBBS masih sering berbuat keramaian. Apalagi jika di asrama, berkoarlah mereka dengan bebas. Seperti anak hutan. Eit, aku tidak menjelek-jelekkan lho. Namun, begitulah kenyataannya. Tidak hanya SMP sih, SMA juga. Sering kami tertawa lepas karena membicarakan hal yang lucu. Berteriak-teriak tal jelas. Nyanyi-nyanyi tak tau aturan padahal suara cempreng. Yah, sama saja. Seharusnya kita bisa memberi contoh pada adik kelas. Ah, aku, seorang yang jarang banyak omong. Paling jika ada obrolan juga ikut nimbrung. Bagaimana aku bisa ingatkan mereka yang mayoritas itu. Padahal aku juga sengak bung melihat tingkah mereka. Kebanyakan sih dari Adik kelas, kalau angkatanku (this is real man!) mendingan lah. Mulut mesti diem kalo ada makanan. He3x...
Semua perlu proses, semua perlu kesadaran. Aku sendiri belum sadar sepenuhnya akan menjaga kedisiplinan diri. Sudah banyak aturan yang aku langgar. Aku tak ingin kalian tahu apa saja itu. Aku merasa menyesal. Tapi menyesal saja tak cukup bukan. Tunjukkan rasa penyesalanmu dengan perbuatan. Perbaiki, perbaiki, perbaiki agar lebih baik. Ketiga unsur tadi (kesadaran, penyesalan dan perbaikan) membentuk suatu siklus bung. Dimana saat kita sadar kita akan menyesal dan segera melakukan perbaikan. Dalam melakukan perbaikan nanti pasti kita akan tersadar sesuatu dan akan menyesal dan segera melakukan perbaikan. Jadi, ketiga elemen tadi tak bisa dipisahkan. Itu teoriku bung. Kunamai realization contrition rectification theorem (RCR theorem). Ha3x.. :D
Tapi itu teori akan berarti sebuah gumpalan kertas tak berguna yang dibuang dan tercampakkan dari dunia apabila tidak di realisasikan. Ingat, tidak direalisasikan. Yeah, aku sering demikian. Aku mempunyai banyak gagasan dalam pikiran untuk merubah diri namun tak pernah kurealisasikan. Jangan dicontoh kawan, lebih baik jangan.
So, mari kawan, bangkit-bangkit! bangun negara kita! Sebagai pembangkit dan perubah bangsa kita harus SEMANGAT!! Jangan kita jadi penerus bangsa, bangsa yang sudah bobrok ini sebaiknya kita ubah, kita ubah menjadi bangsa baru yang pandai, displin dan berbudi pekerti luhur meski berada dalam kejamnya globalisasi. Jika kita muslim, tunjukkan bahwa muslim itu menjunjung tinggi hal-hal tersebut bukan sebaliknya. Betul khan? Yah, aku belajr, kalian juga pasti masih belajar. So, alangkah tidak ada salahnya jika kita belajar bersama-sama. Mempelajari kehidupan ini, untuk merenunginya sehingga timbullah gagasan emas ayng menggerakkan kita untuk BANGKIT, MAJU dan PANTANG MENYERAH dalam berbuat KEBAIKAN, yaitu hal yang lebih utama dari IMAN dan dikenal dengan istilah IHSAN...

0 comments:

Posting Komentar