Rabu, 05 September 2012

Washing, Trial and Error

Segalanya akan mudah jika kau terbiasa melakukannya. Mencuci, bukankah hal itu bisa dilakukan semua orang? Mudah bukan? Namun bagaimana jika kau berada di negara lain dan disediakan mesin cuci. Tombol-tombol untuk mengoperasikannya menggunakan bahasa asing yang kau tak pahami. Ingin bertanya namun kau belum bisa bahasa mereka. Hayo, bagaimana? Ada yang bisa kasih solusi? Jawaban terbaik mungkin adalah nekat! Trial and Error! Itulah yang aku alami di sini.

Detergent seharga 1,75 Lira sudah kubeli. 1,75 x 5000= 8,750 rupiah. Ukurannya lumayan besar. Dan karena itu termurah, maka aku beli. Penjualnya bilang, entah benar atau tidak, kalau detergent yang kubeli ini hanya untuk mencuci dengan tangan. Sedangkan yang menggunakan mesin cuci ada tersendiri. Dan harganya lebih mahal yaitu 6,75 lira. Ukurannya 1,5 kg. “Buat apa aku beli sebanyak itu?”, pikirku. Sebenarnya yang menjadi masalah nanti adalah aku takut mubazir. Tempat tinggalku masih sementara. Belum tentu ada mesin cuci di rumah baruku nanti. Jadi kuputuskan beli yang paling murah. Dan berniat mencuci sendiri. selama ini aku baru tahu jika sabun detergent untuk mencuci dengan tangan berbeda dengan mencuci dengan mesin.

Sesampainya di asrama, aku mengambil ember di dekat mesin cuci yang disediakan. Ah, padahal enak sekali jika bisa menggunakannya. Kubawa ke kamar mandi di dalam kamarku. Dan segera mencuci secara manual. Dengan mengeluarkan tenaga penuh 1000 horsepower aku mulai mencuci. Oh ya, sekarang sudah sore, lalu bagaimana cucian ini bisa kering? Lagian aku juga belum tahu dimana tempat menjemur pakaiannya. Mana udara disini dingin lagi. Waduh. Kemudian terbesit ide cemerlang. Menggunakan mesin pengering di mesin cuci. Dan setelah kulakukan, kusadari itu bukan ide yang cemerlang.

Aku menenteng ember ke lantai 0 menggunakan lift. Disanalah ada mesin cuci. Berharap tak ada yang melihat. Malu aku. Ditemani Talgat, temanku dari Kyrgyztan aku mengoperasikan mesin cuci. Talgat bertugas menjadi penerjemahku, karena tombol pengoperasinya menggunakan bahasa Turki. Cucianku tadi kumasukkan ke dalam mesin cuci. Aku hanya butuh pengeringnya. Kemudian, si Talgat memencet sana-sini. Tampaknya dia juga bingung mengoperasikannya. Dan tiba-tiba saja kudengar, “Cuuurrrrr...”. Air mengalir di dalam mesin cuci dan mesin cucinya bekerja! Bekerja mencuci lagi pakaian yang telah kucuci susah payah. Dan tanpa sabun detergent! Aarrgghhhh.....
Kucoba untuk mematikannya berkali-kali. Sudah mati namun tak bisa dibuka. Pakaianku mulai luntur. Celana jeans yang kumasukkan tampaknya meracuni pakaian lain hingga berwarna biru. Adduuhhh. Gawat...gawat... Aku panik. Bisa-bisa pakaianku rusak. Kusuruh Talgat mencari siapa saja untuk membantu kita. Nyawa pakaianku sudah diambang batas.

Akhirnya ada seseorang yang datang. Menjelaskan jika mesin cuci ini akan otomatis terbuka jika proses mencucinya sudah selesai. Kira-kira dua jam. Dan artinya, usaha mencuciku tadi sia-sia. Miris rasanya. Kata Talgat juga, mesin pengeringnya ada di ruangan lain. Kacau semuanya deh. Kupikir satu mesin bisa dibuat dua fungsi, mencuci dan mengeringkan. Betapa jeniusnya diriku.
Sehabis sholat isya, aku mengecek kembali cucianku. Alhamdulillah sudah selesai dan alhamdulillah juga sekarang pakaian-pakaianku memiliki warna baru, yaitu biru. Segera aku bawa ke ruang pengering. Ada sebuah alat di sana. Kali ini aku takkan salah. Kuru berarti kering. Ada pilihan macam-macam. Dan kupilih Ekstra Kuru!!! “Jeeengggiiiiiddddd....wwoooshshh...wwooossshhhh” mesin pun bekerja. Bismillah. Semoga sukses!

Lama juga aku menunggu. Sudah hampir jam 11, namun belum juga usai. Ah, asrama sudah sepi. Talgat dan rasyid sudah tidur. Yang jadi teman bcaraku adalah sahabatku di What’s app dan BB. BB ini juga aku pinjem punya rasyid karena aku belum sempat registrasi dan beli kartu. Lama sekali rasanya. Udara bertambah dingin. Mungkin 15 derajatan ada. Sekujur tubuhku gemetar. Lalu aku memikirkan lagi, setelah dicuci dan dikeringkan berarti harus disetrika. Dan itu masalah baruku. Ah biarlah, tak perlu di setrika juga. Masak mau beli? Tunggu pindah rumah aja deh.

Alhamdulillah, pakaiannya sudah kering dan hangat. Super Kuru emang the best! Peduli amat dengan pilihan-pilihan lain yang tidak aku mengerti apa maksudnya. Lain kali akan kulakukan hal yang sama.

Yeah itulah cara mencuci Trial and Error di negeri orang. Apapun yang ingin kau lakukan contohnya seperti mencuci tadi, jangan pernah takut untuk mencoba. Meskipun gagal di percobaan pertama, usahakan untuk tidak mengulangi di percobaan kedua, ketiga, dan seterusnya. Keep trying!

“Hidup tanpa berani mencoba bagaikan burung yang enggan pergi dari sarangnya. Beranikan diri untuk mencoba, dan terbang tinggi ke angkasa, meraih asa”

Read More......

Hari-hari Awal di Turki

A pa itu Bolu? Kue Bolu kah? Bukan. Bolu adalah sebuah nama provinsi di Turki. Bolu berada di antara Istanbul dan Ankara. Memang lebih dekat ke Ankaranya sih. Dari Istanbul ke sini memakan waktu 4 jam. Lumayan lama ya? Bolu terletak di lereng pegunungan. Aku belum tahu apa nama pegunungan tersebut. Akibatnya, suhu di sini lebih dingin dibanding dengan di Istanbul, tempat pertama kali aku singgah. Pertama kali sampai saja, habis turun dari bus badanku langsung membeku. Memang saat itu puncak suhu yang paling dingin. Karena saat itu kira pukul 2 dini hari. Sekujur tubuhku gemetar. Temanku Rasyid malah tiba-tiba muntah gara-gara tak tahan cuaca dingin. Sedangkan Abi (baca:kakak pembimbing)ku, Danang Abi, justru biasa-biasa saja. Tak gemetar sama sekali. Ya iyalah, dia sudah tinggal di Turki dua kali musim dingin. Jadi hanya biasa saja.

Hari-hari sebelumnya

Senin, 27 Agustus 2012, tepatnya pukul 6 pagi, pertama kali aku menapakkan kaki di Istanbul. Setelah semalaman penuh, 15 jam, kita mengudara. Mulai dari Soekarno-Hatta, kemudian transit di Kuala Lumpur dan akhirnya tiba di Istanbul. Bukan waktu yang sebentar. Badanku saja lima hari masih terasa pegal-pegal.

Selama di pesawat aku menghabiskan waktu untuk tidur. Kadang memainkan gadget yang disediakan. Ah, susah untuk mengatakan. Pokoknya di bagian belakang kepala kursi ada sebuah layar. Kita bisa mengendalikannya dengan remote. Ada berbagai macam fasilitas. Untuk mendengarkan musik, melihat film, main game atau hanya sekedar melihat kondisi penerbangan. Keren deh. Karena kau takkan menemukan ini di penerbangan domestik Indonesia. Yang paling kutunggu adalah makanannya. Makanan ala malaysia tentunya. Enak juga kok. Meski ada yang aku kurang sukai. Setiap beberapa jam sekali juga di kasih snack dan minuman. Dan perlu bertanya dulu jika mengambil minuman. Karena mereka pun menyediakan Beer bagi penumpang. Hampir saja temanku salah ambil. Hampir saja. Habis warnanya mirip sari apel. Whew, to close...

Setelah kita mengambil barang bawaan, kita harus menunggu bus jemputan kita datang. Sambil menunggu aku mengamati sekitar, menghirup dalam-dalam udaranya, merasakan benar aura-aura Eropa di sana. Memang terasa berbeda! Sungguh, tak menyangka akhirnya bisa tiba di negara ini juga. Dan ini adalah perjalananku ke luar negeri pertama kali. Dan mungkin yang paling lama. InsyaAllah.

Selam di bus, aku sempat merekam perjalanan ini. Kita hendak menuju Istanbul bagian Asia. Melewati jembatan Bosphorus tentunya. Jembatan yang konon paling indah di Turki jika di lihat malam hari. Karena akan tampak berpendar gemerlap lampu warna-warni di badan jembatan. Ah, sayang kita melewatinya pada waktu pagi hari. Aku masih takjub akan apa yang kulihat. Inilah Turki. Pepohonannya tak sebesar di Indonesia. Daerahnya tak sehijau Indonesia. Namun, udaranya segarnya bukan main. Meskipun banyak mobil yang malang melintang, udaranya tetap terjaga dari polusi. Entah mengapa bisa begitu. Berbeda dengan di Jakarta. Yah, kalian tahu sendiri.

Mobil memang buanyak sekali. Padahal mobil di sini bukan main mahalnya, lho. Harga BMW lama yang jadul di Indonesia kira-kira berharga sama seperti mobil TWIN CAM, sedan butut selera orang tua. Dan bedanya dengan di Jakarta, di sini motor jaraangg sekali. Selama perjalanan saja jumlah motor bisa dihitung dengan jari. Entahlah mengapa demikian. Oh ya, di sini lampu merah jarang ada. Namun, mereka bisa tertib sendiri. Kemacetan yang terjadi bukan karena semrawut. Namun karena jumlah mobil yang banyak + jalan yang sedang di renovasi. Untung udaranya sejuk. Beda deh dengan jakarta. Ya kalian tahu sendiri lah. Hehe.. masak cerita aib negara sendiri.


****

Alhamdulillah kita tiba di asrama. Lokasinya bernama Uskudar. Lagi-lagi udara sejuk menyambutku. Enak sekali dihirup. Asramanya cukup besar. Lima tingkat plus loteng. Loteng disini jangan disamakan seperti loteng di Indonesia yang menjadi sarang tikus. Upps, keceplosan. Loteng di sini dinamai Salon. Yaitu tempat untuk sholat, berkumpul, bersantai, bersohbet (baca: bertukar pikiran, macam ceramah) ria, untuk membaca buku, laptopan. Pokoknya enaklah, tenang sekali. Belum lagi semilir angin dari atas. Hanya di Turkey lho!

Whew, akhirnya tiba di kamar. Cozy banget kamarnya. Beda sama asrama. Yang sama cuma model ranjangnya. Tingkat dua. Yang lainnya beda. Hehe. Aku dan kawanku dari Sragen tinggal di lantai 4. Dari sini bisa melihat landscape kota secara jelas. Wuihh, tampak lautan biru indah memikat hati. Subhanallah. Selalu saja setiap hari, saat disini aku menyempatkan diri memanjakan mata melihat keindahan alam tersebut. Subhanallah.. subhanallah... subhanallah..

Oh ya, disini ternyata kami tidak sendiri. Ternyata rombongan dari Semarang yang sudah berada di Turki semenjak tanggal 2 Agustus lalu juga tinggal di sini. Kami baru tahu saat ada salah satu dari mereka mengunjungi kita. senang sekali diriku. Makin ramai saja.

Yang menjadi kendala utama, seperti yang sudah diceritakan kawan-kawan yang sudah ke Turki sebelumnya, adalah bab makanan. Ya, cita rasa dan selera orang Indo berbeda sekali dengan orang Turki. Makanan pokok di sini adalah Gandum. Kemudian barulah nasi. Pertama kali mencicipi makanan di dapur asrama, aku merasakan eneg. Wekk... ada semacam olahan daging namun rasanya. Hmmphh.. gak nahan. Nasinya pun berbeda. Gak manis. Hambar gimana gitu. Belum lagi corba(baca: sup)nya. Aneh banget. Wekk.. sambil makan, mataku mengerjap-ngerjap, lidahku melet dan muka mengkerut. Lalu bagaimana solusinya? Ya biasakan. Akan aku coba biasakan itu. Karena jika tak makan sama dengan menyiksa diri. Sedikit demi sedikit deh. Untung ada bekal dari rumah. Jika benar-benar kepepet aku gak bisa makan. Hehehe.. bisa bernapas lega. Untuk sementara waktu.

Disini aku ounya beberapa teman baru. Ada Rizal, Tirmidzi abi, Kahfi, dan Ismail. Rizal, Tirmidzi abi dan Kahfi hendak berangkat ke Albania. Untuk mengambil mata kuliah keagamaan di sana. Sedangkan Ismail, dia masih ambil kursus bahasa hingga setahun ke depan. Oh ya, ismail bukan orang Indonesia lho. Dia asli Malaysia. Tinggalnya di Kelantan. Aku tak menyangka juga, karena bahasa Indonesianya mirip kita. dia bilang,”Gara-gara sering liat Cinta Fitri”. Aku ngakak seketika.

Mereka semua orangnya baik, seru dan gokil. Rizal berasal dari Aceh. Dia lulusan pesantren jurusan keagamaan. Awalnya di berkeinginan untuk kuliah di Mesir. Di Al-Azar, Kairo. Namun, ternyata orang tuanya justru lebih menyarankan kuliah di Albania. “Kalo ada yang lebih jauh lagi, ambil!” kata ayahandanya. Anaknya rendah hati. Enak jika diajak bicara. Pengertian dan perhatian. Pertama kali mengenalnya di bandara saja aku langsung bisa akrab. Suatu hari dia berkeluh kesah kepadaku karena rambutnya raib. Rambut yang awalnya gondrong, dipangkas cepak karena di suruh Abdul Kadir abi, pengurus universitas kami. Karena kata beliau, ia akan bertemu dengan orang dari Albania. Harus rapi dan bersih, menunjukkan identitas baik orang Indonesia. Kasihan sekali dia.

Kemudian Tirmidzi abi. Mengapa aku memanggilnya abi? Karena umurnya lebih tua 2 tahun dariku. Abi ini sudah pernah kuliah di UI jurusan management rumah sakit selama dua tahun. Karena ada sedikit masalah dengan dosennya, dia memutuskan untuk pindah. Dan pindahnya gak main-main, langsung ke luar negeri, ke Albania. Abi ini memiliki kharisma yang tinggi. Wajahnya selalu menenangkan. Pandangannya tajam. Raut mukanya mantap. Dan jika sudah tersenyum, membuat semua hati menjadi damai. Abi ini juga sering bercanda. Mencairkan suasana. Juga terkadang menasehati. Tak kaku. Dan sisanya lebih banyak diam. Entah, aku belum mengenal lebih dalam abi ini. Karena aku merasa sungkan padanya.

Kahfi. Temanku ini kukira berumur lebih tua di atasku. Karena mukanya tampak lebih tua. Dan jangan menilai orangnya dulu sebelum mengenalnya lebih jauh. Orangnya menyenangkan. Nampak easy going. Dan aku belum mengenal juga lebih jauh. Tapi akupun bisa akrab dengannya. Dia sudah sampai duluan sebelum kami. Bersama Ismail lah di ada di asrama.

Ismail..Ismail. Lucu benar tingkah orang ini. Membuat tertawa. Aku jadi teringat mukhafif abi yang sekarang kuliah di UGM. Tingkah lakunya membuat orang tertawa. Kalian akan tahu sendiri jika melihat kegokilannya setelah melihat dengan mata kepala kalian sendiri.

Oh ya, yang paling ingin aku temui adalah Mas Fatchul. Ya kangen sekali. Terakhir bertemu berbulan-bulan yang lalu. Saat berada di semesta. Aku ingin bisa ngbrol dengannya. Berjam-jam namun dengan obrolan yang seru tentunya. Aku dititipi barang dari orang tuanya. Sungguh sebuah kehormatan karena diberikan kepercayaan. Padahal kita baru kenal sebentar. Meski kita seumuran, namun pemikirannya jauh diatas diriku. Makanya aku lebih sering mendengar ceritanya karena pengetahuannya tentang apa saja, lebih banyak dariku. Aku dengan khusyuk menyimak. Kadang menimpali atau sekedar mengangguk tanda paham. Seru sekali, benar-benar bisa lupa waktu. Sebelum aku berangkat ke kota baru, kita bercerita dari setelah Isya hingga pukul dua pagi. Super bukan. Dan aku tak merasa jemu. Karena obrolannya membahas...tentang jodoh. Hehe.. tak akan kuceritakan di sini.

Mas Fatchul berencana untuk membentuk suatu perhimpunan pelajar pemikir Islam Melayu di Turki. Belum ada memang. Organisasi orang Indonesia di sini baru ada PPI-Turki (Perhimpunan Pelajar Indonesia). Organisasi ini berlandaskan atas satu warganegara dan rasa kekeluargaan saja. Dia ingin mendirikan suatu perhimpunan yang tak hanya berlandaskan kekeluargaan namun juga keagamaan. Agar kita pelajar Indonesia terhindar dari organisasi-organisasi Turki yang pasti berbeda pemikiran dengan kita. Berniat agar saling menjaga. Bertukar informasi tentang perkembangan islam. Dan tentu belajar tentang Islam itu sendiri. Ya semoga saja bisa terealisasikan. Aku selalu mendukung mas Fatchul.

Aku belum menceritakan tentang perbedaan waktu di Indo dengan di Turki. Di sini beda 5 jam lebih lambat. Karena memang di Istanbul adalah GMT +02.00. waktu sholatnya pun berbeda sekali. Subhuh bisa pukul 05.00 lebih. Zuhur pukul 13.30 ke atas. Asarnya pukul 17.00. Magribnya bisa sampai pukul 20.00. Sedangkan Isya, pukul 21.30. pukul 19.00 saja langit tampak masih cerah. Namun udaranya sudah dingin. Rasa kantuk mulai ada. Terasa aneh sekali. Perasaan ini biasa disebut dengan Jet Lag. Karena musim panas, siangnya akan lebih panjang daripada malamnya. Ya, aneh saja, jam 7 malem kok kayak jam 4 sore.

Oh ya bagaimana dengan penduduk di sana? Jujur saja, karena bahasa Turki ku masih kurang bagus, aku belum bisa berkomunikasi dengan mereka. Memang tampak perbedaan yang mencolok. Mulai dari gaya bicara, pakaian dan kebiasaan. Suatu hari, aku dan Aziz serta Irfan abi, pelajar ITU (Istanbul Teknik Universitesi) hendak menukarkan uang di kota. Perjalanan dari asrama ke halte bus jaaauhhhh sekali. Sudah gitu jalannya menanjak pula. Mataharinya terik pula. Wuiihh..capek pangkat tiga. Namun, anehnya aku berkeringat sedikit saja. Dan langsung hilang. Memang panas, namun sekali berteduh, sejuk datang menjemput. Dan saat mendekati halte bus, keramaian mulai muncul. Karena di daerah Uskudar sepi. Ya sepi sekali.

Di dalam bus gandeng tiga, aku melihat sekeliling. Ya Allah, pakaiannya tak kalah terbuka dari Indonesia. Sejauh mata memandang seperti demikian deh. Hiiy...dan tak hanya di Bus, sepanjang perjalannya pun demikian. Ah, sudah tak usah dibayangkan. Memang mereka kan banyak mengikuti budaya eropa, layaknya Indonesia mengikuti budaya Korea. Namun kalau ada juga yang tertutup. Menggunakan jas detektif, kerudung. Rapi deh. Subhanallah.. Berkebalikan banget sama yang tadi.

Di Turki selain mobil banyak, pejalan kaki lebiihhh banyak. Orang turki memang suka jalan. Gak kayak orang Indo, yang ke warung 100 meter dari rumah aja naek motor. Upss..keceplosan. Dan jalan mereka cepat sekali. Jadi sepanjang jalan di pusat kota bagaikan lautan manusia menutupi trotoar dan jembatan layang. Wuiihh... dan aku setelah kuamati, hampir semua orang pakai sepatu rapi. Gak da sendal jepit apalagi nyeker. Tampak sekali mereka suka berjalan, bukan? Pantas sehat-sehat.

Aku tiba di Mall yang konon terbesar se Eropa. Emang bener. Gueedhheee buanget.. Solo GrandMall lewat, SoloSquare gak level! Tingkat berapa ya aku juga gak tahu. Luaas banget. Aku tengak-tengok, liat ke sana kemari, takjub melihat Mall yang Super Duper Gedhe. Mau ambil foto sungkan. Nanti di kira Turis. Lhoh, kan emang turis ya? Hehe.. sayang di sana serba mahal. Bisa 2-3 kali lipat harga di Indonesia. Terutama elektroniknya. Hadehh...

Capek, tepar aku sampai asrama. Beehh.. cukup jauh aku berjalan. langsung mandi menikmati air hangat. Mau tidur juga tanggung 2 jam lagi magrib. Tapi akhirnya ketiduran. Benar-benar letih.

Esoknya...Selasa, 28 Agustus 2012

Aku diajak futsal sama anak Semesta (SMA PASIAD di Semarang). Ku kira dekat. Lagi-lagi aku harus rela berjalan jauuhhh. Lebih jauh dibanding ke Halte Bus kemarin. Dan jalannya menurun. Menurunnya gak main-main. Cukup curam. Memang Uskudar berada di perbukitan, jadi kotanya naik turun sedemikian rupa. Ah, tak apa-apa lah hitung-hitung buat pemanasan.

Tiba-tiba saja saat kita bermain, tanpa permisi hujan langsung mengguyur. Dingginnnn sekali. Aargghh... hujan pertama yang kurasakan disini. Tak pedulikan hujan, permainan tetap berlanjut. Meski basah kuyup kedinginan dan gemetaran, semangat kami tetap hangat dan kokoh tegap berjuang. Halah...

Sore pun tiba, setelah asar pukul 17.05 kami jalan-jalan ke taman dekat asrama. Aku, Aziz, Tirmidzi Abi, Rizal, Aril, Humam, Rere, Riski, Nadhifan,dan Javier. Tamannya terawat. Ada beragam alat olahraga di sana. Cocok buat fitnes sederhana tanpa biaya. Ada juga taman bermain anak-anak. Tampak menyenangkan. Tamannya bertingkat-tingkat. Di tingkat paling atas tampaklah sebuah landscape yang lebih indah daripada yang aku lihat di kamar. Bangunan tampak lebih jelas. Lautan pun tampak lebih luas. Kapal api tampak begitu banyak. Udaranya juga semakin dingin tapi sejuk. Hmmm...berkali-kali aku menghirup udara dalam-dalam. Ya kami habiskan saja waktu di sana berfot-foto ria, bergurau, atau sekedar menikmati pemandangan. Subhanallah...

Malamnya..

Abdul Kadir Abi datang. Kami terlambat, dan dimarahi sedikit karena keluar tanpa izin ke taman, tadi sore. Oh ya, beliau orang turki tapi bahasa Indonesianya sudah lancar. Meski masih beraksen Turki. Beliau menasihati kami akan bahayanya keluar tanpa izin. Seperti resiko duculik kemudian dijual hatinya, dsb. Beliau juga cerita pernah ada mahasiswa Indo yang gak sengaja menyenggol orang Turki saat di bus malam-malam. Kemuadian orang turki itu tak terima dan melapor ke polisi. Akhirnya, mahasiswa tersebut di penjara. Kisah nyata, masih hangat dan membuatku semakin waspada.

Kami berkumpul di Salon untuk membicarakan sesuatu. Apakah itu? Universitas kami, anak dari SBBS saja. Satu persatu kami diumumkan telah diterima dimana saja. Ada yang di Ankara, di Trabzon, Antalya, dan Istanbul. Lalu tiba giliranku. Sebelumnya aku belum tahu aku akan kuliah di Univ mana. Karena namaku tak kunjung muncul di beberapa universitas yang sudah pengumuman. Ternyata aku diterima di Abant-Izzet Baysal Universitesi yang letaknya di provinsi Bolu. Kabar baiknya jurusanku Biologi bahasa Inggris. Dan baru aku saja yang dapat jurusan dengan pengantar bahasa Inggris diantara teman-temanku. Ya...kabar yang baik juga deh (He..he..optimis) belum ada mahasiswa/i Indonesia yang sudah kuliah di sana. Jadi, aku, Rasyid (Anak Semesta) dan Siti (Anak Fatih Kiz) menjadi pelajar Indonesia pertama yang kuliah di sana. Universitas macam apa itu? Aku juga belum pernah mendengar. Tak seterkenal ODTU, ITU, IU(Istanbul Unversitesi), AU(Ankara Universitesi), dsb. Ah, tak apa-apa lah. Beliau bilang, kami besok segera berangkat ke sana karena daftar ualng akan dimulai hari Jum’at. Lebih cepat, lebih baik.

Setelah pengumuman aku penasaran dengan kotaku nanti. Bolu? Apa itu? Kok kayak nama kue? Dimana itu ya? Dan banyak pertanyaan lain yang menari-nari di atas kepalaku. Meski tak sesuai dengan harapan, kuliah di Ankara, aku yakin inilah yang terbaik yang diberikan oleh-Nya. Dan aku harus bersyukur. Pasti banyak hikmahnya. Yeah, jalani saja dengan senyuman dan rasa riang di hati. Bismillah....

Esoknya...

Tak ada momen special sepanjang hari ini. Menunggu jemputan. Galau apakah benar hari ini aku akan berangkat. Yang artinya berpisah dari teman-teman. Sedih rasanya. Harus sendiri. yah, itulah yang diputuskan-Nya. Pasti ada suatu hikmah dan pelajaran berharga di dalamnya. Meski tak ada rombongan dari sekolah sendiri, meski tak ada abi dari Indonesia yang akan menunggui kami, aku harus bisa survive! Harus bisa mandiri! Belajar berbahasa yang baik, agar dapat saling memahami.

“Bahasa bukan soal benar atau salah. Namun, saling memahami atau tidak”

Yah, meski demikian aku harus bisa lancar berbahasa Inggris dan terutama turki. Harus terus semangat!

Magrib telah tiba. Saat aku berada di ruang bersantai, tepatnya di lantai dua asrama, Danang Abi memanggilku dan Rasyid. Menyuruh kami bergegas berangkat. Karena jemputan sudah tiba. Aku segera ambil langkah seribu, naik ke lantai 4 mengambil barang bawaan. Whew, akhirnya kami berangkat juga. Kusempatkan berpamitan dengan semua teman-teman. Tak terkecuali teman-teman baruku. Ah, aku bakal merindukan mereka. selamat berjuang kawanku! Perjuangan baru saja akan dimulai! Persiapkan dirimu!!! Kala itu, Fatchul, Aziz, Abid, Zaki, Tirmidzi abi mengantar kami hingga pintu asrama. Lambaian tangan tanda perpisahan menjadi awal mulainya perjuangan di Turki ini.

Udara di sini selalu saja dingin. Meski siang hari pun, tetap saja. Hari pertama di Bolu. Belum ada kegiatan yang kami rencanakan. Pendaftaran ulang akan dilakukan hari Jum’at. Seharian kami habiskan untuk tidur. Melepas lelah.

Sore hari, setelah kubujuk beberapa kali, Danang Abi bersedia mengajak kami jalan-jalan. Bahasa Turkinya lancar. Bisa bercakap dengan orang turki tanpa ada masalah. Maklum di sudah ikut TOMER dan dua tahun berada di Turki. Oke kita akan berpetualangan di Bolu. Kami semua tentunya juga belum mengenal kota ini. Pokoknya jalan-jalan saja.

Bolu, sebenarnya cukup luas. Hanya saja sebagian besar lahannya masih difungsikan untuk berkebun atau dibiarkan kosong. Tampak sekali dari rumah-rumahnya yang saling berjauhan. Populasinya nampak tak terlalu banyak dibanding dengan Istanbul, Ankara ataupun Izmir. Dibilang Metropolitan juga tidak. Mungkin mirip kota Solo deh. Pusat keramaiannya hanya satu. Yaitu di pusat kotanya. Kupikir apa saja ada di sana lengkap sekali. Pusat yang benar-benar pusat. Baru nampak keramaian di sana. Dan nampak sekali baru diadakan renovasi jalan dan bangunan. Layaknya kota baru dibuat saja. Mungkin 1-2 tahun ke depan kota ini sudah bagus. Tapi sekarang saja jika dibanding Indonesia mah jauh.. di sini lebih tertata. Enak dilihat. Bangunannya tidak kumuh. Polusinya sedikit. Jadi udara ramah bagi pejalan kaki. Orangnya juga nampak ramah dan menyenangkan. Ah, sayang aku belum mengerti bahasa Turki secara baik. Aku harus bisa!

Kami menemukan sebuah taman yang cukup besar. Terawat dengan baik. nyaman digunakan buat piknik. Tempatnya tak berundak seperti yang kutemukan di Uskudar. Namun, tak kalah bagusnya. Ada sebuah kolam yang memancarkan air mancur. Membentuk sebuah pelangi mini yang indah. Ada juga replika jembatan Bosphorus di sana. Bebek-bebek berenang ria di bawahnya. Kami pun berfoto-foto di sana. Mengabadikan momen ini. Bukan bermaksud narsis lho ya.. yang narsis itu Danang Abi. Hehe...

Sempat kami singgah di Masjid untuk sholat Asar. Masjidnya berwarna pink! Dalamnya... subhanallah. Indahnya bukan main. Ornamen-oranmennya unik. Berwarna-warni. Memikat hati yang sengaja ataupun tak sengaja melihatnya. Ah, harus tetap khusyuk sholatnya. Setiap masjid di Turki memiliki dua mimbar. Di sebelah kiri untuk dakwah atau ceramah sehari-hari. Dan yang sebelah kanan dan letaknya lebih tinggi, digunakan untuk ceramah saat acara tertentu. Seperti khutbah sholat Jum’at, Idul Adha, Idul Fitri. Unik bukan? Tempat wudhunya pun unik. Mirip wastafel. Jadi untuk membasuh kaki harus menaikkannya ke wastafel tersebut. repot memang. Dan letak tempat wudhunya di luar masjid. Jadi harus pakai alas kaki lagi. Sebelum masuk ke masjid, ada tempat penitipan sepatu. Hampir tiap orang turki tak ada yang emngenakan sandal untuk pergi sholat. Dan selama sholat mereka selalu memakai kaos kaki. Karena kepercayaan mereka menganggap jika kakinya terlihat, akan menjadi suatu aib. Ah, entahlah. Aku hanya dengar kabar burung. Tapi mungkin demikian.

Ah, lagi-lagi capek. Sepulang dari jalan-jalan. Kami melihat ada dua orang sedang berdiri di depan pintu asrama. Mereka menyambut kita. Yang lebih tua bernama Elbruz abi. Yang nampaknya seumuran denganku, bernama Talgat. Mereka berdua dari Kyrgyztan. Ah, mereka bisa bahasa Turki. Aku tak mengerti apa yang mereka katakan. Sayang sekali. Di sini aku mulai menunjukkan bahasa Inggrisku yang masih modal berani.

Ternyata Elbruz abi adalah mahasiswa Abant-Izzet Baysal Universitesi. Tahun kedua. Jurusan Biologi pula. Jadi aku bisa meminta bantuannya, jika mengalami masalah. Sedangkan Talgat adalah calon mahasiswa yang hendak mendaftar ke sana. Seperti kami berdua. Si Elbruz abi kemudian mengajak kami makan. Artinya jalan lagi ke pusat kota. Yang dapat ditempuh 10 menit perjalanan. Ya Allah, tambah capek deh.

Makan di Turki memang butuh penyesuaian. Selain rasa, aroma dan, selera, yang menjadi kendala adalah harga. Memang beragam harga ditawarkan. Tapi untuk ukuran orang Indo, semua akan terasa mahal. Kecuali tahu tempat yang murah (Ya iyalah, ah gimana si? Membingunkan banget nih!). Dan karena sudah dua tahun di sini, Ebruz tahu tempat yang murah. 4 Lira dapat 4 jenis makanan dengan roti dan air putih gratis. 4 x 5000 = 20,000 sekali makan. Eh, mahal ya? Hehe.. Dan di sinilah aku merasakan Tavuk (baca: ayam) ala Turka. Rasanya sama seperti Indonesia. Lebih jumbo saja. Ya, pokoknya endingnya aku kenyang. Jalan saja sampai sudukan. Hehe...dan gratis. Pulang di rumah segera sholat magrib, menunggu satu jam dan dilanjutkan sholat isya. Kemudian langsung tidur. Ah, leganya.

Esok harinya,Elbruz abi menjemput. Hari ini kita akan melakukan pendaftaran ulang di Abant-Izzet Universitesi. Ternyata ada lagi dua abi yang sebenarnya sering aku lihat di kantin saat makan. Namanya, aku tidak menanyakannya. Yang satu berbadan normal (setinggi diriku), berkulit putih (seperti orang Cina) dari Marmara universitesi jurusan ilahiyat. Satu lagi dari Kenya, tinggi berkulit hitam yang akan mendaftar di Abant-Izzet pula.

Kupikir kami akan langsung ke Universitas, ternyata kita harus ke bank, untuk pembayaran universitas. Kemudian ke kantor pajak, mengurus nomor pajak. Setelah itu ke kantor pemerintahan provinsi Bolu untuk meminta ikamet (baca: KTP nya turki. Tapi lebih ke izin tinggal. Tidak berpindah kewarganegaraan). Barulah ke universitas.

Kupikir bakal cepat. Ternyata lama sekali. Karena abi-abi jalannya cepat sekali, kami harus berlari menyamakan langkah. Kita memang mengejar waktu. Sepanjang jalan nafasku selalu tertahan. Kakiku pegal lagi. Haduuhhh...

Setelah semuanya clear, akhirnya kita naik bus ke Universitas. Kulihat ongkos busnya. 1,2 Lira untuk pelajar. 1,5 Lira untuk pegawai. Mahal juga ya. 1,2 x 5000 = 6000. Memang sih jaraknya jauh. Naik gunung. Ya untuk ukuran turki mah normal. Selama di perjalanan kami semua terpaksa berdiri karen memang ramai.

Universitasnya luas. Dikelilingi oleh hutan. Dari sini nampak pegunungan yang mengitari kota Bolu. Pemandangannya jauh lebih Indah. Dari sini tampaklah semua kota di bawah sana. Dan semakin naik ke atas artinya udaranya semakin dingin. Dan itulah masalahnya bagiku jika musim dingin nanti. Kita lihat nanti.

Di gedung rektorat, aku bertemu Siti Rahmah. Satu-satunya pelajar putri dari Indo yang kuliah di sini. Dia di antar abla (baca: kakak perempuan sebagai pengasuh)nya naik mobil pribadi. Kami pun berkenalan. Nampaknya bahasa turkinya untuk percakapan sehari-hari tidak masalah. Buktinya dia bisa akrab dengan ablanya. Berkali-kali ablanya mencubiti pipinya tanda sayang, gemas, atau apalah artinya. Dia mendapat jurusan yang sama denganku. Biologi berpengantar Inggris. Ya alhamdulillah ada teman. Satu jurusan pula. Justru aku yang akan meminta banyak ilmu darinya. Karena aku memilih biologi dengan modal nekat dan bismillah. Hehehe...

Cukup lama. Capek menggelayuti diriku. Harus menunggu nama kami didaftarkan secara resmi di system komputer mereka. unutk membuat kartu pelajar. Namun sayang, ikametnya belum jadi. Terpaksa harus menunggu dan akan kembali lagi saat ikamet ada. Ya alhamdulillah, secara garis besar aku sudah dianggap mahasiswa sana. Meski kartu pelajar belum ada.

Hari ini aku tidak makan siang, begitu pula lainnya. Kami sibuk mengejar waktu. Yah, pantas saja makan sorenya terasa nikmat. Mengenyangkan meski aneh dimulut. Bergegas sholat dan tidur. Ah, besok pagi, Danang Abi sudah kembali ke istanbul. Sedih rasanya, tak ada orang Indonesia yang menemani kita. yang jadi masalah utamaku adalah berkomunikasi dengan orang turki yang kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris.

Aku merasa ngantuk saat menulis ini. Sdah kuniatkan dari semalam untuk menulis kembali cerita selama aku berada di sini. Atas request dari banyak pihak aku lakukan. Danang Abi sudah berpamitan pukul 8 pagi tadi. Dia pulang dengan Marmara Abi dan kenya Abi. Aku belum tau namanya sih. Elbruz abi pun entah tingggal dimana aku juga malas menanyakan. Di asrama ini, yang kukenal hanya Rasyid dan Talgat. Untung Talgat bisa bahasa Inggris. Jadi aku selalu praktik bahasa Inggris dengannya. Ya sama-sama morat-marit kok. Hehe.. saling membenarkan.

Oh ya, baru saja setelah kami pulang jalan-jalan, kami dipanggil oleh orang turki. Sayang sekali talgat yang paham bahasa Turki sedang ke toko. Dan orang ini hanya bisa bahasa Turki. Bingung aku dibuatnya. “Oturun..oturun..” Yang kutahu beliau mempersilakanku duduk di sebuah ruang tamu yang cukup cozy. Beliau menyuruh kami menunggu. Ternyata beliau mencari temannya yang paham bahas inggris. Akhirnya aku tahu, ternyata beliau adalah Faruk Bey, penanggung jawab kami selama berada disini. Orangnya baik sekali. Namun sayang, aku belum bisa berkomunikasi yang baik dengan beliau. Ya suatu saat nanti aku harus bisa.

Entah kapan aku bisa ke internet untuk memposting blog ini. Selama di Bolu aku akan terus menulis perjalanan ini. Aku harap hari demi hari berlalu dengan penuh makna. Pasti masalah banyak menghadang, namun bukankah tiap masalah punya solusi? Aku akan berusaha terus menemukannya. Agar terus naik ke level masalah yang lebih susah. Artinya level diri kita semakin meningkat. Bismillah. Mohon doa dari sobat blogwalker dimanapun kalian berada.




Read More......

Selasa, 04 September 2012

The First Step

Ciledug, Minggu 26/08/12 - 16.20 WIB
Kemarin, telah kupersiapkan segala keperluan, mulai dari pakaian, makanan, buku, alat elektronik, dsb. Dan hari ini adalah packing terakhir untuk berangkat menuju negeri asing tersebut. sampai sekarang pun aku masih bingung. Sebaiknya berapa koper yang harus aku bawa. jika satu masih kurang cukup, dua malah menjadi tambahan beban di bagasi nantinya. Dan akhirnya kuputuskan untuk membawa satu koper dan satu tas, macam tas belanjaan, besar. Setelah segalanya siap segera aku, orang tua dan adikku ke bandara. Meninggalkan nenek di rumah sendiri untuk sementara waktu. Untuk bersiap meninggalkan tanah air tercinta. Mobil pun telah siap dijalankan. Pukul 19.35 nanti, akan menjadi catatan bersejarah bagi diriku.

****
 
Delapan belas tahun sudah aku tinggal di Indonesia. Bermacam-macam pula cerita yang telah aku lewati. Beragam kota pula telah aku singgahi. Dan juga berbagai macam sahabat telah aku temui. Segalanya terangkum rapi dalam memoriku dengan folder yang bernama “Indonesia My Country”.
Sejak kecil aku memang suka berpindah tempat. Kalau teman-temanku bilang aku orang “Nomaden”. Yang berarti suka berpindah. Istilah tersebut digunakan pada zaman purba untuk para Homo (manusia) yang hidupnya suka berpindah. Ya itu gurauan mereka, aku hanya menanggapi mereka dengan tersenyum. Berawal dari rumah sakit Harapan Bunda di Jakarta. Karena sudah lebih dari 9 bulan diriku ini bebal tak mau keluar dari perut ibunda, aku pun disesar. Artinya baktiku pada bundaku harus benar-benar besar.

Setelah lahir aku segera dibawa pindah ke kota di pulau lain. Aku lupa urutannya. Suatu saat akan kutanyakan. Kota itu adalah Medan, Ujung Pandan, Blitar, Malang, Semarang, Sragen dan rumahku yang saat ini dan, InsyaAllah, untuk seterusnya adalah Tangerang. Mengapa aku sering berpindah. Karena tuntutan kerja ayahku yang memaksa beliau harus berpindah dari satu kota ke kota lain tiap beberapa tahun.

Aku bersyukur bisa singgah di berbagai kota. Hal yang paling aku syukuri adalah bertemu dengan banyak sahabat dengan karakter yang berbeda. Dan setiap sahabat punya cerita masing-masing dalam diriku. Waktu di Ujung Pandan dan di Medan, aku sungguh masih kecil sekali. Segalanya putih terkadang samar-samar, timbul-tenggelam. Memori-memori masa itu. Sungguh telah lama sekali, dan sulit untuk mengenangnya. Aku lebih sering mengetahui cerita masa kecilku di kota tersebut dari orang tuaku. Serta dari foto-foto jadul yang tersusun rapi di rak buku rumahku. Nampaknya indah. Dan aku percaya itu. Keinginanku adalah bisa bertemu dengan teman-teman kecilku dulu. Mungkin pertemuan tersebut tak langsung aku sadari, karena wajah mereka juga samar-samar dalam hardisk pikiranku.
****

Jakarta, Minggu 26/08/12 - 16.45 WIB
Jakarta memang selalu ramai. Sudah terkenal sampai segala penjuru nusantara bahwa kota ini akan mengalami kemacetan abadi. Takkan bisa di hentikan. Karena sudah terlanjur demikian. Dan itu memang sering menguji kesabaran kita. Belum lagi SMS yang cukup meengejutkan kami. Berasal dari temanku.

"Do, pesawat berangkat jam 18.15. Kita mau check ini lho. Cepet kesini "

Memang masih lama, dan semoga saja tidak macet. Bundaku agak panik setelah mendengar keberangkatan yang dimajukan. Segera ayahku dengan bijak menenangkan beliau. “Kalau kita panik takkan menyelesaikan masalah. Percayakan sama Allah dan Dia akan memberi jalan yang terbaik. Tenang saja, pasti sampai”.
****
 
Malang, kota apel, pernah menjadi kota yang aku singgahi. Saat itu aku masih sekolah di TK Sabilillah. Kalau memori tentang ini aku bisa mengingatnya lebih jelas. Dan aku selalu bergumam, “Ah, masa-masa itu. Betapa konyolnya diriku” saat mengenangnya. Mulai dari sini otakku mulai berjalan. Mulai merekam kejadian yang aku anggap penting. Beragam kekonyolan masa anak TK dapat kuingat kembali. Jl. Bukirsari telah menjadi saksi bisu kehidupanku di kota apel tersebut. Serta sepeda pink yang setelah naik ke TK Nol Besar baru aku copot dua ban yang menopang ban di belakang. Sehingga aku resmi menjadi anak yang keren. Bisa mengendarai sepeda roda dua. Sebuah kebanggaan yang amat sangat saat itu. Senyum pun aku umbar ketika keliling kampung mengendarai sepeda. Meledek anak-anak kecil yang sampai sekarang sepedanya masih beroda empat. “Ah, masa-masa itu”

Belum lagi kejadian Layangan Sawangan. Di mana hampir saja aku ikut terbang ketika disuruh memegang tali tambang yang digunakan sebagai benang layang-layang tersebut. Benar-benar berat. Jika tidak dihentikan oleh Mas, namanya aku lupa, mungkin aku telah terbang bersama burung-burung di angkasa. Dan banyak sekali kejadian lainnya yang timbul tenggelam dalam pikiranku.
Blitar, kota yang hanya satu tahun aku tinggal. Kurang dari itu malah. Aku pindah dari Malang setelah lulus TK dengan predikat memuaskan. Dan segera akan mengemban pendidikan SD di SDIT Kardina Massa. Ya, bangku SD. Aku merasa lebih keren saat itu.

Di kota Blitar, meskipun hanya sebentar aku mengalami banyak petualangan. Teman-teman satu komplekku sering mengajakku bermain. Menjelajahi komplek, mengekspedisi bangunan kosong dan bangunan yang baru dibuat, bermain di sawah, di sungai, melihat para pekerja bangunan, menembaki burung-burung dengan ketapel, sholat di surau. Belum lagi saat di sekolah. Tak kalah banyak pengalaman yang aku dapat saat kelas satu SD ini. Aku ingat saat pendaftaraan ulang disana. Melihat banyak anak-anak seumuranku. Ada yang bahagia, ada yang menangis dipeluk ibunya, ada yang lari-lari bercanda, ada yang hanya diam termenung. Dan aku adalah yang masuk di golongan terakhir.
Di sekolah ini aku sungguh bahagia. Pendidikan agamanya bagus. Yang aku sukai adalah saat guruku bercerita. Ya bercerita apa saja tentang sejarah Islam. Pengajarannya pun menyenangkan. Tak ada kekerasan. Hanya jika melakukan kesalahan bisa dihukum berdiri di depan kelas atau bahkan bisa dikeluarkan dari kelas. Yang paling parah hanya dipanggil ke ruang kantor dan dinasehati secara baik-baik. Tanpa ada kekerasan. Dan aku, alhamdulillah tak pernah mengalami yang namanya di hukum. Banyak hal menarik yang lagi-lagi timbul-tenggelam dalam pikiranku.

****

Cengkareng, Minggu 26/08/12 - 17.15 WIB

“Abang kita di pintu keberangkatan mana?”

“Di jalur kedatangan 2 gerbang E3”

Bandara Soekarno-Hatta sudah nampak. Alhamdulillah, macetnya tak terlalu parah. Pesawat terbang telah berejejer rapi di landasan pacu. Beragam maskapai. Ada Qatar, Malaysia, Turkish, Garuda Indonesia, LION air, dsb. Ah, sebentar lagi. Pukul 18.15 yang akan menjadi saksi bersejaah atas langkah pertamaku ini.

Sesampai di bandara, segera kuturunkan barang bawaanku dan tanpa banyak kata segera menuju ke Gate E3. Nampaknya teman-teman sudah check in. Beruntung aku bertemu Aziz, memberi salam dan ia segera menunjukkan jalan menuju check-in. Print out tiket dan passpor sudah didapat dari Pak Evin dan aku dapat check in.

Kurang tiga orang. Ke 14 anak lainnya termasuk diriku sudah check in. Menimbang luggage kita sambil menunggu mereka. Aku keluar lagi, menemui orang tuaku dan memastikan bahwa semuanya aman terkendali. Tak perlu panik karena pesawat akan berangkat pukul 18.15. aku berfoto dengan mereka dan bertemu dengan orang tua temanku. Menjabat tangan mereka dan mempersembahkan senyuman. Ya, tinggal sebentar lagi.

****
 
Semarang, adalah kota yang selanjutnya aku tinggali. Semakin bertambahnya tingkat sekolahmu, semakin besar pula pengalaman yang akan kau alami. Besar dalam banyak arti. Lebih menarik, lebih seru, lebih menantang, lebih membuat kau membuka mulut dan mengatakan “Wow”. Seperti yang kuceritakan tadi, di Blitar aku hanya singgah sebentar, kelas 2 sampai 4 SD aku menetap di Semarang. Kota baru, lingkungan baru, sahabat baru, dan pastinya pengalaman baru. Aku suka itu. Sungguh terlalu banyak, dan semuanya berkesan sehingga aku bingung bagian mana yang ingin aku ceritakan. Terutama setelah kepindahanku ke Sragen.

****

Bandara Soekarno-Hatta, Minggu 26/08/12 18.05 WIB
Pemeriksaan demi pemeriksaan sudah kami lakukan. Sedih sekali rasanya berpisah. Dengan keluarga, dengan sahabat dan dengan negara ini. Salam perpisahan pada keluarga membuat makin kental saja rasa kerinduan ini. Ah, aku harus ikhlas untk berpisah dengan mereka. Berhijrah menuju negara Bulan Sabit. Segalanya telah siap dan tinggal menyusuri lorong bandara saja untuk menuju ke pesawat. Selamat jalan semuanya. Ibundaku, ayahandaku, adikku, kakek dan nenek, sanak famili, guru-guru dan teman-teman. Aku mohon doa kalian. Untuk menjadi semangat dalam jiwaku. Agar terus bangkit dan berjuang untuk belajar. Merengkuh pengalaman baru. Bertemu dengan orang-orang baru. Di negeri seberang yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Aku akan kembali dengan membuawa sesuatu. Meskipun sedikit aku harap dapat berguna.

Malaysia Airlines, Minggu 26/08/12 - 18.20 WIB
Laju pesawat mulai kencang bersiap lepas landas. Kulantunkan doa bepergian. Dan mulai menyusun harapan kedepan. Berusaha menghilangkan segala rasa was-was di dada. Sulutkan rasa percaya diri akan semangat untuk berhijrah ke negara orang. Kupenjamkan mataku. Kurenungkan dalam-dalam lagi. Apa niat dan tujuanku pergi ke sana. Pergi ke Turki, mengarungi kehidupan baru disana. Dan pesawat telah lepas landas. Bismillah.

Read More......

Jumat, 17 Agustus 2012

Salam Rindu Untukmu

Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Takkan pernah sebuah pertemuan hadir tanpa disertai dengan perpisahan dibagian akhirnya. Kebanyakan perpisahan menimbulkan haru dan sedih yang mendalam. Apalagi jika kita berpisah dengan orang atau sesuatu hal yang amat kita cintai.

Malam ini adalah malam terakhir bulan ramadhan. Esok adalah puasa terakhir untuk ramadhan kali ini. Dan bagi kaum muslimin yang amat benar mencintai bulan ramadhan, akan terasa benar betapa sedihnya perpisahan kali ini. Tidur malam ini akan terasa cemas dan menggalaukan karena akan berpisah dengan sesuatu yang amat dicintainya. Harapan untuk berjumpa dengannya lagi berkali-kali dilantunkan dalam kemasan yang indah agar Sang Maha Berkehendak memberi kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.

Tamu besar ini memang telah ditunggu berjuta kaum muslimin dan muslimat di seluruh belahan dunia. Entah menunggu dalam arti karena rindu ataupun hanya sekedar ungkapan. Tamu inilah yang telah menghidupkan kembali jiwa masjid yang lama terabaikan. Menggerakkan berjuta kaum muslimin pergi memenuhi masjid. Alunan indah ayat suci bergema di setiap sudut kota. Mulai dari kalangan anak kecil hingga dewasa, berkumpul di masjid untuk bertadarrus dan mentaddaburi Al-Qur'an. Dari masjid ke masjid, ceramah-ceramah disampaikan lebih semangat dan hampir setiap hari bergelora. Adzan magrib menjadi momen special bagi seluruh umat membuat berjuta hati gemas menunggu. Belum lagi kebersamaan bersama keluarga yang mungkin amat jarang pada bulan-bulan lain. Mempererat tali silaturahmi yang agak renggang. Serta banyak lagi keberkahan dan kenikmatan yang diberikan Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ah, sedih juga ya, sedih karena penyesalan. Tak bisa manfaatkan secara maksimal kehadiran tamu besar yang sebentar lagi akan pergi ini. Untuk menimba banyak ilmu memperoleh perubahan yang lebih baik. Bagaimana dengan kalian sobatku? Semoga kalian tidak menyesal seperti diriku ini. Berhasil menjamu dengan baik tamu besar tersebut.

Malam ini aku benar-benar lelah. Mulai kemarin, keluarga dari berbagai penjuru daerah datang ke rumahku. Dan perlu persiapan untuk menyambut mereka. Merapikan rumah agar tampak indah dimata dan berkesan di hati. Belum lagi, adik-adik sepupu yang sering merajuk tanpa henti meminta diajak bermain. Tapi aku bahagia. Tahun ini aku bisa berkumpul bersama lagi. Bersama bunda, ayah, adik, nenek, paman dan bibi serta para sepupu dan keponakanku yang mungil. Alhamdulillah, engkau masih memberi hamba kesempatan berjumpa dengan mereka tahun ini. Di tempat yang sama meski dengan suasana yang agak berbeda.

Tahun depan entah aku bisa bertemu dengan bulan Ramadhan atau tidak. Aku berdoa agar dapat berjumpa lagi dengannya. Meningkatkan lagi iman ini. Membersihkan lagi jiwa ini. Mengobati segala penyakit hati. Memperoleh kemenangan yang hakiki.

Tahun depan,jikalaupun aku dipertemukan-Nya kembali dengan bulan Ramadhan, entah aku bisa berkumpul dengan keluarga tercinta ini di tanah air atau tidak. Tak hanya keluarga, namun aku juga berharap bertemu dengan orang yang kucintai. Teman-teman dan guru-guru. Karena mungkin lebaran tahun depan aku berada di tempat yang berbeda, di negara seberang sana. Entah OPSI apakah yang bisa kupilih nanti.

Oke sobatku, nampaknya mataku sudah lelah benar. Malam ini malam terakhir dengannya..ahh. Semoga aku bisa tidur dengan nyenyak. Berharap bermimpi indah...

Salam rindu untukmu Bulan Suci Ramadhan...



Read More......

Indonesia, Cinta ,dan Kemerdekaan

Seperti biasa, pagi menyambut semua insan dengan senyuman. Cerah menyenangkan. Menghilangkan rasa sedih dan galau di hati. Ditambah lagi suara merdu sang sinden pohon, yang menambah kedamaian dalam kalbu. Sudah sewajarnya tiap insan yang diberikan kenikmatan pagi ini untuk bersyukur kepada-Nya, Sang Pencipta pagi. Alhamdulillah.

Tujuh belas agustus, 67 tahun yang lalu, menjadi saksi sejarah atas kemerdekaan Indonesia. Atas jerih payah perjuangan para pahlawan hingga kita bisa menikmati pagi-pagi ini dengan damai dan tenang. Ya, bersyukurlah...

Di teras rumah, aku menikmati pagi. Ah, tiap pagi memang indah. Rugi sekali bagi mereka yang masih lengket dengan kasurnya, menikmati pagi dalam mimpi yang sesungguhnya semu. Tak seperti biasanya, telah tampak kesibukan orang-orang pemda dan beberapa anak sekolah untuk menyiapkan acara, menyambut kemerdekaan. Apalagi kalau bukan Upacara Bendera. Ah, jujur saja aku tak terlalu suka jika disuruh ikut upacara. Dan aku bersyukur sudah tak menjadi anak sekolahan yang sering dipaksa guru untuk ikut upacara. Apalagi di lapangan kota.Tak ada terburu-buru memakai baju seragam. Tak ada kebingungan mencari dasi atau topi. Ah, bebas menikmati pagi.

Sayup-sayup suara peleton yang sedang gladi resik terdengar. Lapangan kecamatan tak jauh dari rumahku. 50 langkah saja mungkin terlalu banyak untuk kesana. Cukup dekat. Sebelumnya mereka telah berlatih. Yel-yel mereka saat gerak jalan menuju lapangan, sering terdengar begitu semangat. Semoga mereka sukses menunaikan tugas mereka. Memperingati kemerdekaan umat Indonesia. Kemerdekaan? Memang kita sudah merdeka?

Tak perlu lah kita membicarakan aib negara sendiri. Sudah banyak dibahas oleh para pakarnya. Ya, seperti yang kita tahu, meski negara kita di atas kertas memang sudah merdeka, namun pada kenyataannya jauh dari cita-cita kemerdekaan. Apa saja sih cita-cita tersebut? Coba baca lagi pembukaan UUD 1945. Di dalamnya tersurat dan tersirat beragam euforia kemerdekaan serta tujuan nasional. Baca dan renungi lagi. Sudahkah kita sebagai bangsa Indonesia mencapainya?

’Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’
(Alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945)


Meski banyak persoalan melanda aku tetap cinta negaraku. Lebih karena iba dan rasa syukur, bukan karena bangga. Untuk bangga itu belum. Mengapa demikian? Yah, coba kalian renungkan sendiri-sendiri atas Indonesia ini. Rasa cinta dalam bentuk apakah kalian terhadap negara ini? Bangga, senang, bahagia ato justru karena iba, kasihan, rasa syukur karena lahir di negara ini, atau jangan-jangan hanya berpikir, "Yah, apa boleh buat, gua lahir di sini..". Apapun jenis cinta kalian, mari kita bersama-sama sebagai pemuda dan pemudi berjuang membangun negara ini. Agar suatu saat nanti kita mencintai negara ini karena perasaan bangga. Bangga memiliki negara ini. Bangga telah lahir di negara ini. Tak perlu muluk-muluk dulu, cukup perbaiki diri pribadi masing-masing. Dengan merubah kebiasaan, terutama tidur di pagi hari. Kasihan kan, sang pagi sudah berdandan elok namun kita abaikan dan menduakannya dengan alam mimpi.

Ah, ingin aku ketikkan kata "MERDEKA" dengan font tebal warna merah serta tanda "!" tiga kali, namun aku urungkan niat itu. Ya suatu saat nanti, aku berdoa agar Indonesia benar-benar MERDEKA yang SESUNGGUHNYA!!! Aamiin...

Read More......

Kamis, 16 Agustus 2012

Berdoa, Yuuk~ :D

Doa adalah fasilitas ibadah yang indah. Meskipun gratis yang namanya ibadah pasti ada aturan atau adabnya. Islam mengajarkan kita untuk menjadi manusia beradab, bukan? So, sobat blogger yang dirahmati Allah, atas masukan dari saudari ana, hadits dibawah ini bisa kita jadikan sebagai renungan. Melanjutkan postingan ana yang berjudul "Yuk Kita Berdoa"
Bismillah...

Hadits ke 10 dari hadits arba'in yang di tulis oleh Imam Nawawi
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Yaa Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.(Riwayat Muslim).


Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a :
1. Perjalanan jauh, bisa disamakan dengan orang yang berhijrah karena Allah dan kembalinya ke kampung halaman pula karena Allah. Namun dengan catatan hijrahnya dengan niat karena Allah.

Dari Amirul Mukminin Abi Hafs Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu: Aku mendengar Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mndapatkan sesuai apa yang diniatkan, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari Muslim)


2. kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kumal dan berdebu, menunjukkan betapa rendahnya ia dihadapan Allah, karena itulah fitrah manusia dihadapan Sang Pencipta-Nya ibarat sebutir debu.

Rasulullah SAW bersabda: yang artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).

3. mengangkat kedua tangan ke langit,
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud].

4. meratap dalam berdoa dan bersungguh-sungguh dalam berdoa.

Rasulullah bersabda, “Sungguh janganlah salah seorang dari kalian mengucapkan: ‘Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki. Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau menghendaki’. (Namun) hendaknya ia bersungguh-sungguh meminta, karena sesungguhnya Ia (Allah), tidak ada yang memaksa-Nya.”(HR. Bukhari)

5. mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang halal.

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (Surat Al Baqarah : 168)

Hmm..semoga bisa menjadi renungan bagi sohibku sekalian.
Oh ya jika ingin mengetahui lebih lengkap click di sini. Hasil karya Majid bin Su'ud al-Usyan. Sudah diterjemahkan ke Indonesia. Sebenarnya banyak karya beliau. Googling aja deh. Semoga bermanfaat...

KEEP PRAYING!!!

Terutama kita doakan saudara/i kita yang sedang berjihad, memperjuangkan hak kehidupan mereka terutama di daerah Palestine, Pattani di Philipine, Rohingya di Myanmar, kaum Sunni di Syria...

Allah Ya Rahman. Allah Ya Rahim

Read More......

Rabu, 15 Agustus 2012

Yuk Kita Berdoa... :)

Yang namanya kehidupan itu penuh dengan berjuta tanda tanya. Pasti ada penyesalan atas masa lalu kita. Banyak rahasia di balik masa depan kita. Juga beragam OPSI kehidupan yang entah akan membawa kita kemana. Bersyukurlah kita sebagai kaum muslim yang telah Allah beri petunjuk dari Al Qur'an yang bisa kita gunakan sebagai penerang jalan kehidupan ini. Juga telah dicontohkan secara real oleh Rasulullah SAW. yang diabadikan para sahabt melalui kumpulan-kumpulan hadits. Dengan berpegang teguh pada kedua itu serta dengan pemahaman yang benar, Allah akan meridhai kita.

Setiap permasalahan pasti ada solusinya bukan? Dengan berusaha, pantang menyerah serta dengan diiringi doa insyaAllah akan diberi kemudahan oleh-Nya. Nah, ini dia, DOA. Yuk, kita saling bertukar pikiran mengenai fasilitas yang telah Allah berikan pada kita ini!

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’râf [7]: 55-56)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2]: 186)

Coba kita renungi firman Allah azza wa jalla tersebut. Dalam Al Qur'an kita diperintahkan untuk berdoa lho. Allah mempersilakan kita memohon apapun kepada-Nya, asalkan masih dalam batasan yang baik. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ,bukan? Eit, tapi ada syaratnya, yaitu kita kudu beriman kepada-Nya dan selalu berada dalam kebenaran.

Namun, pernahkah kalian merasa, kita sudah berdoa, tapi tak kunjung dikabulkan-Nya. Eit, jangan suudzon dulu sama Allah. Ketika seorang hamba berdoa, ada tiga kemungkinan atas doanya tersebut yang disebutkan dalam hadits berikut:

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.” (HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa'id; hasan)

Ingatlah janji Allah ini
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu'min: 60)

Sungguh Allah Maha Mengijabahi segala do'a. Apabila kita sudah berusaha dan berdoa namun mendapat hasil yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tetaplah khusnudzon pada-Nya. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui kebutuhan umatnya. Dan yang kita terima itu adalah yang terbaik dari-Nya, untuk kebaikan kita pastinya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 216)

So, tetaplah semangat dalam berDOA my bro and sist! Karena segala do'a yang kita panjatkan pasti bermanfaat bagi diri kita. Kita saja yang kadang tidak menyadarinya. Pengennya instan (emang super bubur? Seduh..Sudah...hehe)

Oh, ya, ini ada beberapa kumpulan doa yang aku salin dari buku "Doa dan Wirid" karya Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi. Segala aspek tentang do'a dibahas disini dengan singkat, padat dan jelas. Bisa dicari di Gramed lhoo(dari tadi promosi ya..hehe..untuk kebaikan gak papa dong... :)) Aku hanya mengutip bagian do'a yang terdapat dalam Al-Qur'an. Doa-doanya para Nabi..
Cekidot..bismillah...
Kumpulan Do'a dalam Al-qur'an


"Hidup tanpa berdoa bagaikan hidupnya burung yang enggan menggunakan sayapnya untuk terbang" (Penulis, 2012) He..he.. :D

Berdoalah kapanpun, dimanapun, sedang apapun dan saat kondisi apapun... 


KEEP PRAYING!!!! :D

Read More......

Selasa, 14 Agustus 2012

Jama'ah Ferarri? Hadehh...

Indonesia ini kaya akan beragam warna. Mulai dari ragam rupa, bahasa, pakaian adat, rumah adat, makanan hingga kepercayaan. Berwarna-warni bagaikan pelangi. Aku takkan membahas semua macam keanekaragaman itu disini. Aku hanya ingin mengutarakan perenunganku atas beberapa pengalaman. Pengalamanku sholat di masjid yang berbeda-beda.

Jika sobat suka bepergian atau menjadi musafir, tentu masjid yang sobat gunakan untuk sholat pasti berbeda-beda. Ada juga guruku, waktu pelatihan OSN di UNDIP masa SMP dulu, pernah sholat di berbagai masjid hingga ke seluruh penjuru dunia. Masjid di beberapa negara Asia dan Eropa pernah beliau singgahi. Hebat, bukan? Karena beliau lah aku jadi berniat melanjutkan kuliah di luar negeri merasakan beragam masjid dengan beragam kebiasaannya. Nah, inilah yang akan aku renungkan. Masalah KEBIASAAN dalam tiap-tiap masjid.

Ada mesjid yang sering ngadain TPA sore-sore. Ada masjid yang suka sering banget ngadain majelis. Ada masjid yang suka ngadain pengajian bareng. Ada yang saat shubuh pake qunut, tapi ada juga yang nggak. Ada yang abis sholat doa berjamaah dan salam-salam sambil sholawat,tapi ada juga yang abis sholat pada khusuk doa sendiri-sendiri. Ada yang adzannya dua kali. Ada yang imamnya pake tongkat. Ada yang kalo mau teraweh apa witir pake niat bareng-bareng, kenceng-kenceng lagi. Ada yang qunut juga pas 10 malam terakhir di sholat witirnya. Ada yang teraweh 8 rakaat, 18 juga ada. Ada yang tenang dalam baca qur'annya, ada yang ngebut bak ferarri dikejer cheetah (Wow?). Dan lain sebagainya.

Ya memang begitu, hidup penuh dengan kenekaragaman. Prinsip orang hidup pun berbeda. Selama masih berpegang pada Al Qur'an dan Hadits, pastilah prinsip hidupnya diridhai Allah azza wa jalla.

Dari Katsir bin Abdillah, dari ayah nya dari kakeknya r.a, ia berkata sesungguhnya Rosululloh Sholallahu 'alaihi wa sallam , bersabda : Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat apabila kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". (HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2)

Aku mulai yang perenunganku. :D

Ee..jujur aja ni (tak ada niat buruk ya)aku kurang sreg dengan masjid yang sholatnya bak ferarri. Baik bacaannya, gerakannya yang cepat membuat diriku jadi kurang khusyuk dalam sholat. Bukankah seharusnya kita meresapi makna dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca supaya mendapat kenikmatan dalam sholat?

“Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan.” (Al Isra: 106)

“Dan bacalah al-Qur’an itu secara perlahan lahan.” (Al Muzzammil: 4)


Lalu, bagaimana kita bisa meresapi makna ayat-ayat Al-Qur'an jika dibacanya saja sekencang angin. Menurutku kurang baik jika imam bersikap demikian, ngebut dalam sholat entah mengejar waktu atau apa. Ya, aku tidak bermaksud menghakimi imam yang demikian, toh ilmuku masih cetek, secetek kolam ikan tetangga sebelah (he? siapa yang tau coba?). Aku hanya ingin mengajak, atas perenunganku ini, bagi sapa saja sobat blogwalker terutama kaum ikhwan yang jadi imam dalam sholat, agar tartil dalam membaca ayat Al-Qur'an. Selain enak di denger, para jamaah kan jadi khusyuk sholatnya. Apalagi kalo ayat yang dibaca itu pas bener artinya. Misalnya pas malam lailatul qodar gini ya pada salah satu rakaat bacanya Al Qadr, dan lain sebagainya.

Oh ya, gerakan sholat jamaah ferarri ini cepetnya minta ampun. Kadang aku baru mau rukuk, eh imamnya mau i'tidal. lagi mau i'tidal eh udah sujud aja. jadi ngos-ngosen deh. Kayak lagi senam aja (ada yang bilang push up). Adrenalin pun terpacu! Yah, bukankah seharusnya setiap gerakan kita nikmati ya? Agar hadir ketenangan dan kedamaian dalam hati.

Rasulullah bersabda, “Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya”, para sahabat bertanya: “Bagaimana ia mencuri dalam shalatnya?” Kemudian Nabi menjawab: “(Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya” (HR. Imam Ahmad, 5 / 310)

Haduh, rasulullah aja menyebutkan demikian. Kalo imamnya ngebut demikian, bukankah kasian makmumnya? So, sekali lagi bagi sobat blogwalker terutama kaum ikhwan yang jadi imam dalam sholat, aku menganjurkan untuk tuma'ninah dalam sholat. Menyempurnakan tiap gerakannya. Pelan-pelan asal khusyuk. Tapi ya gak lama-lama, kasian kaum sepuh yang gak kuat berdiri. Yang penting tuma'ninah. Pada tahu artinya tuma'ninah khan? Kalo yang belajar fiqh pasti tau ini.

Thuma’ninah adalah diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan. Para Ulama memberi batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan seperti ketika membaca tasbih. (Lihat fiqhus sunnah, Sayyid Sabiq : 1/ 124)

Yang penting gerakan dan bacaannya kita resapi. Jika menimbulkan ketenangan dan kekhusyukan berarti kita dah tuma'ninah. :D

Ehem, kali ini masalah doa bareng setelah sholat usai. Jujur lagi ni(gak da niat memojokkan lho ya, hanya perenungan, jika salah mohon dibenarkan), aku lebih suka kalo setelah sholat mending pada doa sendiri-sendiri aja. Kenapa? Biar lebih khusyuk mengutarakan apa saja kehadirat Allah Yang Maha Penyayang. Menurutku tidak perlu berjamaah. Tiap orang kan punya keperluannya sendiri-sendiri. Ibaratnya kalo praktek ke dokter. Masing-masing pasien punya keluhan yang berbeda-beda, bukan? Dan sering deh selain bareng-bareng, kenceng-kenceng pula. Bukankah Allah Maha Mendengar?

”Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Hajj. 61).

So, dengan suasana yang tenang, merenungi segala kesalahan pun lebih gampang, berdoa jadi lebih konsentrasi. Hati ini jadi adem. Seerrr..rasanya... Ya buat diriku, yang konsentrasinya gampang buyar, kalo masjid ngadain doa bareng keras-keras pake mik lagi, jadi gak khusyuk doanya. Mau mengutarakan penyesalan jadi gak tercurahkan semua. hadehh.. ya itu sih menurutku lho ya..

Yah, aku masih banyak belajar untuk menyempurnakan sholatku yang masih jauh dari kata sempurna. Masih sering kalo sholat pikirannya kemana-mana. Haduhh.. Maka dari itu sob, yuk kita sama-sama terus memperbaiki sholat kita. Agar ibadah sholat ini terasa nikmat, mantap bin ma'nyuueess... Hehe...

Kalo ada kesalahan itu pasti datangnya dari kekhilafanku dan jika terdapat kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Mohon maaf kalo ada yang keliru, kan sudah aku bilang "ilmuku masih cetek, secetek kolam ikan tetangga sebelah". So, mohon kritik, saran plus masukan dari sobat blogwalker yang dirahmati Allah SWT. sebagai perbaikan bagi diriku kedepannya...

Syukron jazakumullah khairan katsira...

Wallahu a’lam bish shawab...




Read More......

Senin, 13 Agustus 2012

Fa Ainallah? (Lalu, dimana Allah?)

Apa sih arti sebuah kejujuran? Bukankah jujur itu mengatakan apa adanya, tanpa ditambahi bumbu-bumbu penyedap lainnya? Bukankah jujur itu tidak menyembunyikan sesuatu pun kenyataan yang ada? Oh iya, jujur kan sifat Nabi, bukan? Hmmm..namun, apakah dalam praktik dalam keseharian ini, kita sudah menerapkan kejujuran?

"Hayoo, puasa lho...gak boleh bo'ong. Kalo bo'ong puasanya batal?"

Mungkin kalimat diatas sering dilontarkan sebagai gurauan kita kepada teman kita. Tapi bohong kan tidak membatalkan puasa, hanya merusak pahalanya. Yang jadi titik berat bukan disitu. Dari obrolan ringan itu pun kita tahu bahwa bohong itu tidak baik.

Susah gak sih menghadirkan sifat jujur dalam diri kita? Nah, waktu ulangan, dimana mensontek adalah budaya khas pelajar mulai dari kalangan SD sampe SMA, perkuliahan juga gak ya? Padahal, saat ujian itulah kejujuran kita diuji. Kalau dilihat dari sisi positifnya, selain membuat kita (walaupun terpaksa) belajar, ulangan melatih mentalitas kita terutama dalam kejujuran. Pasti yang belum siap hadapi ujian akan gemetar, panas dingin, meriang, perut mulas, mual-mual, bibir pecah-pecah (Elhoh?). Dan jalan pintas yang akan ditempuh adalah... Yap, benar! Mensontek! Hadehh, itulah awal dari bibit-bibit penyakit yang lebih ekstremmm,,,

Apakah itu??? Yaitu korupsi! Liat ntuh acara televisi. Sebagian wakil-wakil kita pada korupsi. Kerugiannya bukan ditanggung mereka saja namun kita, sebagai rakyat juga turut menanggungnya. Nah, lho..meski hukuman di dunia ringan, tapi mereka punya tanggun jawab yang besar di akhirat. Karena tidak jujur dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Kalo sejak dini udah bermental koruptor, pantas saja bangsa ini tak maju-maju.

Coba kita renungi lagi kisah-kisah teladan zaman dulu. Yang tentunya banyak hikmah di dalamnya. Kisah ini diceritakan oleh ustadz yang ceramah habis sholat isya di masjid langgananku. Mari kita simak. Bismillah...

Abdullah bin Dinar meriwayatkan bahwa suatu hari dia berjalan bersama Amirul Mukminin Umar bin Khattab dari Madinah menuju Makkah. Suasana padang pasir itu sangat panas dan terik. Nah, di tengah perjalanan beliau bertemu dengan anak gembala. Lalu timbul dalam hati Khalifah Umar untuk menguji sejauh mana kejujuran dan keamanahan si anak gembala itu.

Ibnu Umar : “Hai anak gembala, juallah kepadaku seekor anak kambing saja dari ternakmu itu!”
Penggembala : “Aku hanya seorang budak, Tuan. Jika ingin membelinya, datanglah ke majikanku.”
Ibnu Umar :“Kambing itu amat banyak. Apakah majikanmu tahu jumlahnya? Apakah dia suka memeriksa dan menghitungnya?”
Penggembala :“Tidak, majikanku tidak tahu berapa ekor jumlah kambingnya. Dia tidak tahu berapa kambing yang mati dan berapa yang lahir. Dia tidak pernah memeriksa dan menghitungnya. Bahkan jika Tuan beli sepuluh ekor pun, majikanku tidak akan tahu.”
Ibnu Umar :“Lalu, kalau begitu juallah kambing itu padaku! Katakan saja nanti pada tuanmu, anak kambing itu dimakan serigala. Ini uangnya, terimalah! Ambillah saja, sekedar untuk membeli baju atau roti.”

Meski terus menerus Khalifah Umar membujuk dan memaksa, anak gembala tetap tidak terbujuk dan mengabaikan uang yang disodorkan oleh Umar. Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, dengan raut muka yang serius lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Khalifah Umar...

Penggembala : “Jika Tuan menyuruh saya berbohong, Fa ainallah? Fa ainallah? Fa ainallah?(Lalu di mana Allah?). Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa Allah pasti mengetahui siapa yang berdusta?”

Kita tahu bahwa, Umar bin Khattab adalah seorang khalifah, seorang pemimpin. Dia adalah seorang pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, saat menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian-persendian tulangnya terasa lemah, kemudian beliau menangis. Menangis mendengar kalimat tauhid itu, yang mengingatkan pada keagungan Allah, dan tanggung jawabnya di hadapan-Nya kelak.

Lalu dibawanya anak gembala yang berstatus budak itu kepada tuannya, kemudian ditebusnya, dan beliau berkata, ''Dengan kalimat tersebut (Fa ainallah?) telah kumerdekakan kamu dari perbudakan itu dan dengan kalimat itu pula insya Allah kamu akan merdeka di akhirat kelak.'' Peristiwa di atas jelas merupakan cermin jiwa yang ihsan, terpuji, serta gambaran iman yang melahirkan sifat jujur dan amanah.

Bagaimana sobat blogwalker??? Hebat banget bukan si penggembala tadi? Itu hanya sekelumit kisah dari sekian banyak kisah yang mencontohkan kejujuran. Semoga kita bisa mengambil hikmah darinya. Yaitu terus menumbuhkan sifat kejujuran dan amanah dalam diri kita masing-masing. Karena tiap perbuatan kita kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Jadi, ada yang masih mau nyontek?? Hehe...

Allah selalu ada, dimana pun kita berada...

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Dia Maha Mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya; apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (al-Hadiid: 4)


Read More......

Salam BLOGGER!!!! \(^0^)/

Sepuluh menit lagi Zuhur. Aku baru saja membaca tulisan yang pernah aku posting di blogku. Sejak awal hingga akhir. Setelah aku membaca sendiri, aku malah tak menyangka dan benakku pun bertanya, "Memang kapan aku pernah menulis tulisan ini?". Entahlah, aku sendiri bingung tak percaya. Aku senyum-senyum sendiri membaca tulisanku. Mengenang kembali masa-masa lalu. saat SMP, saat di asrama SBBS, saat jalan-jalan ke Yogyakarta dan beragam kenangan lainnya. Aku benar-benar larut dalam tulisanku sendiri.

Setiap posting aku jarang membacanya lagi. 
Pokoknya asal mengalir. Yang penting menjadi sebuah tulisan. Dengan harapan bisa dibaca orang banyak dan mendapat feedback positive. Dan memang setelah menulis ada perasaan lega tersendiri di dalam hati ini. Tak pernah sebelumnya terpikir olehku untuk membacanya ulang, baru kali ini dan aku langsung tak percaya. "Masak ini tulisanku?"

Ngeblog ternyata punya banyak manfaat. Terutama dapat mengabadikan moment yang berkesan dalam hidup kita. Entah itu saat bahagia, sedih, terkejut, terpesona atau apapun. Yang penting dengan dicurahkannya momen2 tersebut ke dalam blog, kita dapat kesempatan untuk mengingat kembali momen2 tersebut. Apakah mengenang kembali itu dilarang???

"Mengenang masa lalu bukan sesuatu yang dilarang. Bila berniat untuk menghangatkan kembali ikatan silaturahmi kita. Menumbuhkan kembali bunga mawar indah yang lama menguncup. Memberi semangat di setiap pagi kita. Menatap tersenyum menyambut sang Surya"

(penulis, 2012) Hehe.. ;)

So, bagi sobat yang gak sengaja ato memang menyempatkan diri membaca postinganku ini, terus lah bersemangat dalam menjalani kehidupan kalian. Abadikanlah momen-momen berharga kalian entah bisa melalui blog, diari atau apapun, untuk dijadikan sebuah pembelajaran. Sehingga kita dapat berbagi kepada sesama, belajar menjadi pribadi yang lebih baik...

Yo, Salam Blogger!!! :D

Read More......

Minggu, 12 Agustus 2012

4 Hal Penghapus Pahala

Alhamdulillah, baru saja aku pulang dari sholat taraweh plus witir. Dan lagi-lagi ceramahnya disampaikan menarik oleh ustadz..siapa ya..hehe lupa. yang penting ceramah beliau membuatku diam termenung. Mengingat-ingat lagi diri. mencoba introspeksi dan bertaubat atas perbuatan yang telah kulakukan. Beliau memberikan ceramah mengenai empat hal yang dapat merusak bahkan menghapus pahala kita. Bukan hanya pahala puasa, pahala ibadah apa saja. Bayangkan saja, telah lama kita menghimpun pahala sebanyak-banyaknya namun hati kita masih terjangkit empat hal ini, sia-sia lah amal ibadah kita. Mari kita renungkan bersama empat penyakit hati yang amat berbahaya bagi umat muslim ini... Bismillah

1. Hasad
Hasad atau yang sering kita sebut dengki adalah tidak suka atas nikmat yang diberikan Allah kepada salah satu saudaranya dan berniat dan berusaha membuat saudaranya tersebut menjadi susah suatu saat nanti. Gampangannya, orang dengki itu senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Penyakit ini sering menjangkiti orang-orang dalam dunia perbisnisan, persaingan kerja, bahkan di kalangan ustadz. Orang dengki tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan padanya. Ia selalu merasa orang lain lah yang lebih beruntung dan merasa Allah tidak adil padanya.Hasad dapat menghapus amal ibadah kita lho. Rasulullah SAW bersabda, “Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”. Rugi banget khan. Hiiy..

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)

2. Gadhab
Rasulullah bersabda, "Laa Taghdhob Wa Lakal Jannah" (Janganlah kamu suka marah, maka bagimu surga). Mungkin kalian sudah familiar sekali dengan hadits ini. Betapa besar ganjarannya kalo kita bisa nahan amarah kita dengan bersabar. Memang sih,yang namanya masalah pasti datang bertubi-tubi serasa tak ada habisnya. Ada saja masalah. Mulai dari yang sepele dari yang tingkat lanjutan. Lalu apakah setiap masalah tersebut harus kita sikapi dengan penuh emosi? Emosi justru akan membuat runyam masalah tersebut. mari kita renungi kisah yang disampaikan ustadz tadi dalam ceramahnya.
Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Sidiq ra bersama Rasulullah sedang berjalan bersama. Dalam perjalanan tersebut banyak orang-orang yang mengata-ngatai Abu Bakar dengan kata-kata yang sungguh sebenarnya menyakitkan hatinya. Namun beliau diam. Dan karena melihat hal tersebut, Rasulullah SAW tersenyum. Begitu seterusnya sepanjang jalan beliau diikuti oleh beberapa orang musyrikin yang mengejeknya. Dan sepanjang itulah Rasul terus tersenyum melihat perilaku Abu bakar yang dapat sabar menahan emosinya. Tatkala orang tersebut ngototnya minta ampun dan tak kenal lelah mengejek, akhirnya Abu Bakar menggubris sedikit. Hanya sebagian ejekan tadi, tak seluruhnya. Kemudian Raslulullah justru mempercepat langkah dan pergi meninggalkannya. Abu Bakar pun mengejar Rasulullah. Setelah terkejar beliau bertanya, "Ada apa ya Rasulullah? Mengapa kau meninggalkanku? Padahal dari tadi bukankah kau terus tersenyum?". Rasulullah menjawab, "Aku tersenyum karena kau memilih diam dan bersabar dalam menghadapi orang yang mengejekmu tadi. Sehingga malaikat datang disisimu dan membelamu. Malaikat tersebut pun mencemooh orang-orang yang menghinamu. Namun, saat kau membalas (menggubris) cemoohan tadi barang sedikit saja, malaikat tersebut pergi dan datanglah setan mendekatimu. Aku tidak ingin majelis yang terdapat setan di dalamnya".

Yah, yang namanya jiwa muda, tempramennya sedang memuncak. Kesenggol dikit dah marah, "Kalo jalan pake mata dong!!!". Dan beragam cacian pun sering muncul dari mulut, yang sebenarnya adalah amanah dari Allah dan harus dijaga kesuciannya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar"(QS. Al-Baqarah 153)


3. Ghibah
Ghibah yang beken dengan sebutan GOSIP or MENGGUNJING sudah bukan hal yang aneh lagi di masyarakat kita. Benar, bukan? Bayangkan saja pertelevisian pun mendukung tindakan ber-ghibah nasional bahkan international. Segala keburukan orang diumbar kemana-mana. Biasanya kan yang sering kita hakimi sebagai antek peng-gibah adalah ibu-ibu yang sering kumpul, tapi kenyataannya semua kalangan dapat mudah terjangkiti penyakit hati yang berbahaya ini. baik disadari atau tidak. Ghibah pada hakikatnya adalah membicarakan sesuatu yang apabila di dengar orang yang sedang dibicarakan, orang tersebut akan merasa malu, tersinggung dan sakit hatinya. Jleb..jleb..jleb.. lah. Bahasa gahoolnya, "Jeroo tenan nang ati". Kebayang gak kalo aib kita lagi diumbar? Sakit banget, ya kan? Dan Allah telah berfirman mengenai hal ghibah...

“Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian prasangka adalah dosa; janganlah mencari-cari keburukan orang, dan jangan menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurât [49]: 12)

Hiiy...Emang kita mau memakan bangkai saudara sendiri??? So,hati-hati dengan mulut ini, terutama yang dah kebiasaan meng-gibah. Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)

4. Takabbur
Takabbur atau sombong, pasti sobat pembaca dah tau artinya dong. Ya merasa dirinya yang paling baik. Hingga tak mau menerima kebenaran, sedangkan dirinya salah. Takabbur adalah sifat iblis. Iblis mulanya berasal dari jin. Karena amal ibadahnya yang luar biasa, Allah mengangkatnya ke surga untuk menjadi pimpinan para malaikat. Suatu saat, Allah menciptakan Adam dengan ilmunya, dan memerintahkan seluruh malaikat untuk bersujud padanya, termasuk iblis. Namun, sang iblis enggan untuk bersujud. Dia merasa tak pantas melakukannya, karena kesombongannya. Coba kita ingat kembali firman Allah yang artinya,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud.” (Q.S. Al-A’raf : 11).

Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah. (Q.S. Al-A’raf : 12).

Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita ingin mengikuti iblis dengan kesombongannya? Hiiy, siapa sih (orang muslim berakal dan beriman) yang mau jadi pengikut Iblis?

Nah, sobat pembaca, bagaimana menurut kalian? Adakah penyakit-penyakit itu pernah atau sedang menjangkiti kita? Rugi dong kalo ibadah ini rusak gara-gara penyakit-penyakit tadi. Semoga kita terus melakukan perubahan ke arah kebaikan. Agar ibadah ini tidak rusak dan diterima Allah SWT. sebagai bekal kita di akhirat nanti. Yuk, kita bebenah diri terus!!! :D

Read More......

Sabtu, 11 Agustus 2012

Lahir Menangis, Mati Tersenyum

Alhamdulillah...aku mendapat pencerahan melalui sebuah intermezzo yang dilakukan oleh pembaca tromol (baca: takmir masjid) yang sebenarnya sudah pernah ku dengar, namun karena pembawaan beliau menarik dan penuh senyum, hal itu menjadi sesuatu yang baru bagiku. Membuka kembali pintu hati ini. Begini yang diceritakan beliau. Bismillah...

"Apa bedanya bayi yang lahir dan orang yang meninggal dunia?", tanya beliau. Apa hayoo kira2? Ada yang bisa menjawab?

"Sudah jelas bedanya. Bayi jika lahir orang-orang disekitarnya akan tersenyum bahagia, namun bayi itu justru menangis, bukan?", jawab beliau sendiri. Aku ber-"hmmm" mengangguk-angguk, sambil tersenyum berusaha menebak lanjutan kalimat beliau.

"Sedangkan orang yang meninggal atau mati seharusnya di tangisi oleh orang sekitar. Dan alangkah beruntungnya jika orang yang meninggal tersebut dalam keadaan tersenyum bahagia", lanjut beliau.

Dari intermezzo di atas bukankah kita bisa mengambil hikmah darinya? Pertama, selama kita hidup ini jadilah orang yang baik dan berguna bagi orang banyak. Karena banyak dari orang-orang di sekitar kita terutama ibu-bapak kita yang bahagia saat kita dilahirkan. Artinya, buatlah mereka bahagia pula dengan perilaku kita selama ini. Buatlah senyuman merekah di setiap orang yang melihat hasil perbuatan kita.

Kedua, manfaatkanlah setiap waktu dan usia yang diberikan Allah kepada kita untuk beribadah pada-Nya. Baik ibadah individu dan ibadah secara sosial. Kalian tahu pasti definisiku.

Bukankah itu semua harapan kita, menjadi seorang muslim sejati yang dicintai dan dirindukan kehadirannya oleh banyak orang? Dan pada saat kita berpisah dari mereka atau meninggal, mereka semua sedih dan terus akan mengenang amal baik kita terhadap mereka. Sehingga di akhir hayat nanti kita menjemput ajal dengan senyum bahagia. Karena rindu akan perjumpaan dengan-Nya. Subhanallah...

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah SAW. bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)


Read More......

Nikmatnya Ibadah

Di sebuah masjid, seusai sholat asar berjamaah. Dua orang sahabat sedang berbincang. Sekalian ngabuburit biar kebagian takjil...

A: Eh sob, gue dah sholat, puasa juga, ibadah yang lain juga, tapi lama-lama kok bosen ye?
B: Ah, bosen gimane???
A: Lama-lama kerasa hambar. Gak bergairah lagi. Malah bikin capek.
B: Masak sih? Itu berarti, elu belom bisa nikmatin ibadah lu. Elu masih berpikir ibadah elu itu cuman buat gugurin kewajiban. Apa mungkin gitu sob? (menepuk pundak si A)
A: Ee..mungkin. Gua sholat karena gua takut diadzab kan wajib gak boleh ditinggal. Gue ngathamin Qur'an ngebut2, buat ngejer target. Gue puasa, soalnya kan dah gedhe malu kali kalo bolong. Gua shodaqoh ya masih sering ngirit2, takut uang jajan kurang. Hehehe.. (garuk-garuk kepala)
B: Coba deh lu renungkan lagi. Bukankah ibadah kita itu untuk diri kita? Untuk kebaikan kita?
A: Hmmm..iya sih..
B: Nah, sama aja halnya kayak makanan. Elu makan biar elu puas dan kenyang. Nikmat kan rasanya?
A: Iye sih..
B: Kenape lu gak posisikan ibadah lu macem makanan yang hendak elu santap karna elu butuh tu makanan. Nikmatin deh sekunyah demi sekunyah, pelan-pelan biar gak keselek. Nah, dengan elu nikmatin tu makanan pastinya habis makan elu bersyukur. Begitu juga ibadah. Setelah elu merasa rohani lu kenyang, dan elu merasakan nikmat pasti elu bakal bersyukur pada yang telah kasih kesempatan elu umur. Buat nikmatin tu ibadah. Jadi sob, ibadah itu harus kita jadikan suatu kebutuhan untuk memperoleh nikmat sebagai tanda rasa syukur kepada Allah azza wa jalla. Gimana sob?
A: Oke deh, ane coba nikmatin tu ibadah.
B: Nyang penting ikhlas, karena Allah. Jangan pengen diliatin si doi aj lu baru rajin ngibadah. hehe..
A: Iye2,,gua ngarti.
B: Eh, tadarussan yok. Noh, adek2 dah pada nungguin.
A: Oke deh..Eh ambil wudhu dulu ya.. barusan batal ni. Hehe
B: Hmmpphh.. pantesan bau.. Dah buruan sono!
A: Hehe...

****

Mari kita renungi firman Allah ini:

“Katakanlah: ‘Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
(Al Kahfi: 103, 104)


Gimana coba kalo kita seperti si A? Rugi bukan? Oleh karena itu, ayo kita tumbuhkan keikhlasan dan kesadaran akan nikmat beribadah dalam diri kita. Selangkah demi selangkah, perlahan tapi pasti. Dengan niat mengharap ridha Allah SWT. Kalo yang ngrasa masih belum nikmat juga perlu dipertanyakan lagi, dah bener belum dalam melaksanakan tata cara ibadah tersebut? Apakah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW??? Karena tentu hal itu juga mempengaruhi nilai ibadah kita. Coba kita pahami sabda Rasul ini,

“Barangsiapa yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Semoga kita senantiasa meng-upgrade keimanan kita, menjadi pribadi islam yang kaffah (Sebenar-benarnya).. Dengan terus belajar ilmu untuk kesempurnaan ibadah kita.. Keep fighting!!! Bismillah :D







Read More......

Selamat Tinggal Rambutku...

R ambut gondrong, memang lagi nge-trend terutama di kalangan anak mahasiswa. Menurutku, bagi mereka rambut panjang membuat tambah keren, cool dan gahool. Menurutku juga begitu sih. Rambut gondrong menunjukkan kebebasan, jiwa muda yang penuh gairah dan ekspresi. dan aku pun mencoba sengaja membiarkan rambut kritingku berseliweran tanpa ampun selama 2 bulan.

Banyak yang protes akan rambut kritingnku yang gondrong. Tampak gak teratur, kayak orang malas. Apalagi nenekku yang berulang kali menyuruhku untuk potong rambut. Sampe gemasnya, rambutku dicambak beliau. Emangnya apa yang salah dari rambutku??? Ternyata banyak.

Setelah sekian lama aku berpatut diri di cermin, aku menganggapnya biasa. Namun, pada suatu sore, aku merenung kembali. Bukankah islam mengajarkan keindahan? Bukankah islam itu bersih dan suci? Bukankah islam itu menciptakan keteraturan? Aku berpikir lebih dalam. Aku pandangi lagi diriku. Dan ternyata nasihat dan kritikan dari orang2 akan rambutku benar. Aku putuskan untuk mengucapkan selamat tinggal pada rambutku. Semoga yang kulakukan ini berdampak baik bagi diriku pada khusunya dan orang lain agar mereka tidak risih melihat diriku.Ya siapa tau ada ibu-ibu ato bapak-bapak yang gak sengaja liat diriku dan berniat menjadikanku sebagai menantunya. hehe... Gak-gak, bercanda. :P





Read More......