Indonesia ini kaya akan beragam warna. Mulai dari ragam rupa, bahasa, pakaian adat, rumah adat, makanan hingga kepercayaan. Berwarna-warni bagaikan pelangi. Aku takkan membahas semua macam keanekaragaman itu disini. Aku hanya ingin mengutarakan perenunganku atas beberapa pengalaman. Pengalamanku sholat di masjid yang berbeda-beda.
Jika sobat suka bepergian atau menjadi musafir, tentu masjid yang sobat gunakan untuk sholat pasti berbeda-beda. Ada juga guruku, waktu pelatihan OSN di UNDIP masa SMP dulu, pernah sholat di berbagai masjid hingga ke seluruh penjuru dunia. Masjid di beberapa negara Asia dan Eropa pernah beliau singgahi. Hebat, bukan? Karena beliau lah aku jadi berniat melanjutkan kuliah di luar negeri merasakan beragam masjid dengan beragam kebiasaannya. Nah, inilah yang akan aku renungkan. Masalah KEBIASAAN dalam tiap-tiap masjid.
Ada mesjid yang sering ngadain TPA sore-sore. Ada masjid yang suka sering banget ngadain majelis. Ada masjid yang suka ngadain pengajian bareng. Ada yang saat shubuh pake qunut, tapi ada juga yang nggak. Ada yang abis sholat doa berjamaah dan salam-salam sambil sholawat,tapi ada juga yang abis sholat pada khusuk doa sendiri-sendiri. Ada yang adzannya dua kali. Ada yang imamnya pake tongkat. Ada yang kalo mau teraweh apa witir pake niat bareng-bareng, kenceng-kenceng lagi. Ada yang qunut juga pas 10 malam terakhir di sholat witirnya. Ada yang teraweh 8 rakaat, 18 juga ada. Ada yang tenang dalam baca qur'annya, ada yang ngebut bak ferarri dikejer cheetah (Wow?). Dan lain sebagainya.
Ya memang begitu, hidup penuh dengan kenekaragaman. Prinsip orang hidup pun berbeda. Selama masih berpegang pada Al Qur'an dan Hadits, pastilah prinsip hidupnya diridhai Allah azza wa jalla.
Dari Katsir bin Abdillah, dari ayah nya dari kakeknya r.a, ia berkata sesungguhnya Rosululloh Sholallahu 'alaihi wa sallam , bersabda : Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat apabila kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya". (HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2)
Aku mulai yang perenunganku. :D
Ee..jujur aja ni (tak ada niat buruk ya)aku kurang sreg dengan masjid yang sholatnya bak ferarri. Baik bacaannya, gerakannya yang cepat membuat diriku jadi kurang khusyuk dalam sholat. Bukankah seharusnya kita meresapi makna dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca supaya mendapat kenikmatan dalam sholat?
“Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan.” (Al Isra: 106)
“Dan bacalah al-Qur’an itu secara perlahan lahan.” (Al Muzzammil: 4)
Lalu, bagaimana kita bisa meresapi makna ayat-ayat Al-Qur'an jika dibacanya saja sekencang angin. Menurutku kurang baik jika imam bersikap demikian, ngebut dalam sholat entah mengejar waktu atau apa. Ya, aku tidak bermaksud menghakimi imam yang demikian, toh ilmuku masih cetek, secetek kolam ikan tetangga sebelah (he? siapa yang tau coba?). Aku hanya ingin mengajak, atas perenunganku ini, bagi sapa saja sobat blogwalker terutama kaum ikhwan yang jadi imam dalam sholat, agar tartil dalam membaca ayat Al-Qur'an. Selain enak di denger, para jamaah kan jadi khusyuk sholatnya. Apalagi kalo ayat yang dibaca itu pas bener artinya. Misalnya pas malam lailatul qodar gini ya pada salah satu rakaat bacanya Al Qadr, dan lain sebagainya.
Oh ya, gerakan sholat jamaah ferarri ini cepetnya minta ampun. Kadang aku baru mau rukuk, eh imamnya mau i'tidal. lagi mau i'tidal eh udah sujud aja. jadi ngos-ngosen deh. Kayak lagi senam aja (ada yang bilang push up). Adrenalin pun terpacu! Yah, bukankah seharusnya setiap gerakan kita nikmati ya? Agar hadir ketenangan dan kedamaian dalam hati.
Rasulullah bersabda, “Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya”, para sahabat bertanya: “Bagaimana ia mencuri dalam shalatnya?” Kemudian Nabi menjawab: “(Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya” (HR. Imam Ahmad, 5 / 310)
Haduh, rasulullah aja menyebutkan demikian. Kalo imamnya ngebut demikian, bukankah kasian makmumnya? So, sekali lagi bagi sobat blogwalker terutama kaum ikhwan yang jadi imam dalam sholat, aku menganjurkan untuk tuma'ninah dalam sholat. Menyempurnakan tiap gerakannya. Pelan-pelan asal khusyuk. Tapi ya gak lama-lama, kasian kaum sepuh yang gak kuat berdiri. Yang penting tuma'ninah. Pada tahu artinya tuma'ninah khan? Kalo yang belajar fiqh pasti tau ini.
Thuma’ninah adalah diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan. Para Ulama memberi batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan seperti ketika membaca tasbih. (Lihat fiqhus sunnah, Sayyid Sabiq : 1/ 124)
Yang penting gerakan dan bacaannya kita resapi. Jika menimbulkan ketenangan dan kekhusyukan berarti kita dah tuma'ninah. :D
Ehem, kali ini masalah doa bareng setelah sholat usai. Jujur lagi ni(gak da niat memojokkan lho ya, hanya perenungan, jika salah mohon dibenarkan), aku lebih suka kalo setelah sholat mending pada doa sendiri-sendiri aja. Kenapa? Biar lebih khusyuk mengutarakan apa saja kehadirat Allah Yang Maha Penyayang. Menurutku tidak perlu berjamaah. Tiap orang kan punya keperluannya sendiri-sendiri. Ibaratnya kalo praktek ke dokter. Masing-masing pasien punya keluhan yang berbeda-beda, bukan? Dan sering deh selain bareng-bareng, kenceng-kenceng pula. Bukankah Allah Maha Mendengar?
”Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Hajj. 61).
So, dengan suasana yang tenang, merenungi segala kesalahan pun lebih gampang, berdoa jadi lebih konsentrasi. Hati ini jadi adem. Seerrr..rasanya... Ya buat diriku, yang konsentrasinya gampang buyar, kalo masjid ngadain doa bareng keras-keras pake mik lagi, jadi gak khusyuk doanya. Mau mengutarakan penyesalan jadi gak tercurahkan semua. hadehh.. ya itu sih menurutku lho ya..
Yah, aku masih banyak belajar untuk menyempurnakan sholatku yang masih jauh dari kata sempurna. Masih sering kalo sholat pikirannya kemana-mana. Haduhh.. Maka dari itu sob, yuk kita sama-sama terus memperbaiki sholat kita. Agar ibadah sholat ini terasa nikmat, mantap bin ma'nyuueess... Hehe...
Kalo ada kesalahan itu pasti datangnya dari kekhilafanku dan jika terdapat kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Mohon maaf kalo ada yang keliru, kan sudah aku bilang "ilmuku masih cetek, secetek kolam ikan tetangga sebelah". So, mohon kritik, saran plus masukan dari sobat blogwalker yang dirahmati Allah SWT. sebagai perbaikan bagi diriku kedepannya...
Syukron jazakumullah khairan katsira...
Wallahu a’lam bish shawab...
Iya sih. Tiap lingkungan beda-beda. Kalau jama'ah tempat ku beda imam beda pengikut, kalau imamnya nggak sreg masjidnya kosong blong, kasian, masjid bagus-bagus kok kosong.Yaa, gimana ya, islam di sini aja majemuk.Berhubung aku nggak ngerti apa-apa, ngikut aja.
BalasHapusKalo di sini sebenarnya juga demikian. Masjid bagus tapi jamaah dikit... Adanya juga yang tua2. Yang muda pada kemana ya? Hehe.. Pengen nyari kenalan malah dapet yang sepuh. Apalagi fenomena banyaknya masjid di indo. Setiap kampung mendirikan masjid, tapi (kalo hari biasa) pol-polan juga 2-3 shaff.. Masjid umum lho ya. Kalo masjid jamaah (misal masjid pesantren ato perkumpulan islam lainnya) ya mesti rame sebanyak jamaah mereka. Bukankah seharusnya indonesia ini, eh bukan bahkan muslim di dunia ini merupakan satu jamaah besar? Tapi kok gak kompak ya? Hehe.. Perbedaan bukan untuk perdebatan, bukan? Ya wis lah gak sah dibahas terlalu jauh. Hehe.. Takut ilmunya salah... :P
HapusSelalu istiqomah dalam ibadah! :D