Senin, 30 Juli 2012

Musyawarah Besar ANTARES I


Hari sabtu, 28-29 Agustus 2012 adalah hari yang bersejarah. MUBES pertama menghasilkan nama ANTARES, undang-undang dan ketuanya. Apa itu ANTARES? Hasil kesepakatan Forum, nama itu digunakan sebagai nama angkatan SBBS sampai kapanpun. Sebenarnya sudah dicalonkan beberapa nama. Ada Kupu-kupu, Kertas, KUAS, Asmanjaya, Horizon, sisanya aku lupa. Perdebatan pun berlangsung. Calon kuat adalah ANTARES dan ASMANJAYA. Tahukah kalian Antares? Aku juga kurang tahu sebenarnya. Kata mas Ali itu adalah bintang terbesar di jagad raya kita. bermakna bahwa kita, alumni SBBS akan selalu terang bersinar menyinari dunia dengan ilmu.cukuop keren menurutku. Lalu apa itu ASMANJAYA? Nama yang unik dan terkesan kedaerahan bukan? Kepanjangannya adalah “Alumni SBBS MANtap JAYA!!!”, seru mas Septian, alumni angkatan ’08. Nama ini cukup menuai kontroversi. Terutama dari Adrison Abi yang mengatakan bahwa nama itu seperti nama jamu. Mas Septian terdiam mengalah. Padahal aku yakin banyak yang mendukung gagasan mas Septian dilihat dari perdebatan yang cukup panas. Dan akhirnya ANTARES lah yang berjaya. Menang mutlak atas voting dari kongres. Harap menerima. Bagaimana denganku? Seperti biasa, aku ada di sisi putih. Golongan yang cinta damai, menghindari perdebatan dan mengikuti suara mayoritas. Atau mudahnya disebut “manutan”. Haha..itulah tipikalku. hingga perdebatan ini krusial aku akan ikut campur namun untuk hal yang satu itu, aku manut saja.

Setelah nama ANTARES disahkan, dibuatlah yang namanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Terdiri dari Bab-bab yang masing-masingnya berisi pasal-pasal. Penyusunan AD dan ART ini amatlah penting karena inilah yang mendasari kinerja dari ANTARES itu sendiri. bagaikan fondasi, maka diperlukan fondasiyang kokoh untuk mendirikan bangunan yang megah, bukan? Musyawarah ini berlangsung cukup lama. Hampir lima jam kita bersitegang mempertahankan argumen masing-masing mengenai pembentukan AD dan ART tersebut. tepat pukul 13.00 AD dan ART telah disahkan. Lega rasanya. 

Nama sudah, fondasi/ undang-undang sudah kemudian berlanjut untuk memilih ketua pertama bagi ANTARES. Aku sudah menebak calon yang kuat adalah mereka yang selama sidang duduk di depan. Memimpin jalannya sidang. Tampak sekali bukan. Yaitu Mas Ade, Mas Bachtiar dan Mas Salahuddin. Keberatan berkali-kali muncul dari pihak calon ketua. Masing-masing memiliki alasan mengapa tidak ingin dirinya di calonkan. Mas Salahuddin tidak ingin dicalonkan karena kesibukannya berorganisasi di kampus. Mas Ade juga demikian. Namun, untuk Mas Ade yang sebenarnya calon kuat, tampaknya memang bakal kewalaha jika ia terpilih sebagai ketua ANTARES karena selain dia ikut berorganisasi macam-macam ia juga perlu meningkatkan nilai akademiknya. Maklum lah dia dituntut profesional karena di adalah calon dokter dari UGM. Aku salut pada mas Ade. Untuk mas Bachtiar ia mengaku belum mampu dan kurang berpengalaman. Namun, hasil ada di tangan forum dalam MUBES ini.

Setelah berunding lima belas menitan, forum telah menentukan. Dan yang menjadi ketua ANTARES pertama adalah mas Salahuddin dengan masa kepemimpinan dua tahun. Sorak riuh tepuk tangan dipersembahkan oleh Mas Salahuddin. Sebuah pilihan yang tepat. Menurutku. 

MUBES pertama berakhir, semuanya pulang. Meski tak diiringi haru isak tangis yang memang tak perlu, namun perpisahan ini terasa berat. Yah, tapi kita yakin akan terus berkomunikasi. Meski sekedar menanyakan kabar. Dan memang perlu. Ya kita tunggu apa yang akan direncanakan ANTARES nanti. Aku tetap setia mengikuti.

Read More......

Sabtu, 28 Juli 2012

Senja di Tanah Gemolong

Alhamdulillah, sore ini aku sempat merasakan siraman sang mentari tepat di wajahku. Begitu hangat namun menyilaukan. Hari ini aku tiba di tanah Gemolong, dimana aku pernah menjadi bagian dari sejarah kota ini. Ya, 3 tahun aku bersekolah di SMAN SBBS. Disinilah aku mengenal banyak hal. Rasa memahami, mentoleransi, saling berbagi, berempati dan banyak ilmu-ilmu kehidupan yang telah aku pelajari disini.
Angin sepoy-sepoy mengerak-gerakkan ringan rambut keritingku. Kubiarkan ia menerpa tepat diwajah. Aku begitu menikmatinya. Sudah lama aku meninggalkan kota sejuta kenangan ini. Sebenarnya baru dua bulan sih. Tapi entah rasanya seperti bertahun-tahun. Dan hari ini, aku kembali ke sini. Entahlah, aku mengikuti suara hati.
Sudah aku niatkan sebelumnya hijrah ini untuk bersilaturahmi. Menghangatkan kembali persaudaraan dengan teman seangkatan, kakak angkatan serta adik-adik kelasku. Aku benar-benar rindu bersama diantara mereka. Melalui hari bersama di tanah Gemolong ini.
#######

Pukul 20.20 hingga pukul 6.40 bukan lah perjalanan yang singkat. Pernahkah kau merasakan menunggu? Terasa lama bukan? Apalagi kalau waktunya memang benar-benar lama. Perjalanan yang kutempuh memang terasa sepi. Aku sendirian. Tak ada teman yang bisa diajak bicara. Hanya sesekali aku membalas senyuman orang-orang yang aku lewati di gerbong kereta. Karena kebetulan aku duduk sendiri. dalam menunggu itu aku mendapatkan banyak hal. Sebuah perenungan yang amat dalam. Yang membuahkan penyesalan. Menyesal? Bolehkah kita menyesal? Boleh-boleh saja menurutku asal penyesalan itu kau gunakan untuk memperbaiki dirimu. Agar tak timbul penyesalan yang sama. Penyesalan yang terulang memang  terasa menyakitkan, bukan?
Dalam perjalanan itu aku merasakan kedamaian. Kedamaian yang jarang aku rasakan. Ah, betapa seringnya aku terlena dan mengikuti setan serta nafsu duniaku. Membaca Alqur’an lah yang membuatku damai. Ya, damai hingga kedalam hati yang terdalam. Awalnya memang sungkan. Karena aku berada di tempat umum. Tidak lazim bukan?
Tidak lazim? Siapa yang bilang tidak lazim? Bukankah muslim seharusnya begitu? MengingatNya dimana-mana? Dan salah satunya adalah dengan membaca Al-qur’an. Namun mengapa aku merasa asing sendiri? diantara kerumunan aku merundukkan kepala. Berusaha kusyuk menikmati membaca Al-Qur’an. Terbesit dipikiran sebuah hal yang buruk. Merasa diri sok suci dan alim padahal aku tak pantas. Sedangkan kebanyakan lainnya sibuk dengan obrolan, HP, atau hal lain aku merasa aku yang paling alim. Segera kuhapuskan pikiran-pikiran itu. Aku pasti tahu, nafsu ini hendak mengantarku pada sifat ria’. Nafsu ingin dipuji orang lain. Mengapa terlintas dibenakku? Aku paksakan untuk menghilangkan hal itu dan terus membaca kitab suci ini. Peduli amat dengan pikiran itu, peduli amat dengan tanggapan orang. Aku terus berusaha menenggelamkan diriku ke dalam lantunan Al-Qur’an yang aku baca sendiri.
Perjalanan benar-benar terasa panjang. Aku berusaha memejamkan mata dan memposisikan diri yang nyaman agar bisa terlelap tidur. Terus demikian. Berulang kali aku melihat ke jendela. Berharap fajar cepat menyingsing. Berkali-kali aku menggaruk-garuk rambutku yang tak terasa gatal. Mulutku komat-kamit menyambung dzikir yang sempat terputus karena lamunanku. Berusaha terus mengingatnya. Dan seketika aku terlelap tidur.
Aku terbangun lagi untuk ke beberapa kalinya. Suara penjaja makanan dan minuman itu muncul lagi. Di setiap stasiun berhenti, mereka bergerombol masuk ke gerbong dan mulai meneriakkan barang mereka. Ah, ribut sekali. Kesal aku mendengar mereka. Namun aku berpikir, mereka sedang ikhtiar. Memperjuangkan nasibnya. Menghidupi keluarga. Aku tahu pasti barang yang mereka tawarkan lebih mahal dari aslinya. Barang yang mereka jajakan entah darimana berasal. Bersih atau tidak. Baru atau lama. Ya pasti dalam benakku timbul seribu kecurigaan pada mereka. Tujuan mereka sebenarnya hanya satu mencari uang. Ah, kadang aku tak tega melihat jerih payah mereka. Namun diraut wajah mereka tak tampak sama sekali kesedihan. Yang ada adalah harapan besar demi keluarga. Ah, aku hanya beli sebotol aqua seharga tiga ribu saja. Maaf.
Fajar menyingsing. Seusai sahur dan sholat subhuh aku menikmati pemandangan pagi yang subhanallah luar biasa. Sawah melintang bak permadani kuning-hijau tergelar di hamparan luas kiri kanan sejauh mata memandang. Pegunungan gagah biru tampak sembunyi malu-malu dibelakang kabut. Angin pagi sepoy nan mendamaikan. Segala keindahan pagi ada pada saat itu. Dan hal ini menandakan aku sebentar lagi tiba di gemolong. Menuju sekolahku dulu. Bersilaturahmi.
#######
Sore ini menjadi saksi atas petualanganku selama di Jawa Tengah nanti. Semoga menyenangkan dan banyak hikmah yang dapat kupetik. Ya, aku ingin bertualang.

Read More......

Jumat, 27 Juli 2012

Berganti Hari


Di rumah dinas, aku bertemu dengan mereka, teman seangkatanku lagi. Ada Nadhifan, Aziz, Adib, Humam dan Lutfi. Mereka sudah beberapa minggu tinggal di sini. Menjadi pembina asrama atau yang biasa disebut abi. Menjaga adik-adik kelas. Membantu tugas Adrison Abi, direktur asrama kami seperti membangunkan untuk sholat, mengajak bertadarrus, memberi izin keluar, menemani acara buka bersama, mengantarkan ke apotik atau sekedar mendengar curhatan mereka. Tugas yang tidak mudah tentunya. Dan au baru merasakannya setelah mengalaminya sendiri. nanti aku ceritakan kawan. 

Sebenarnya tujuanku ke sini yang utama adalah mengambil ijazah dan skhun serta menghadiri kongres alumni pertama yang juga berlokasi di kampus SBBS. Untuk mengurus adik-adik, jujur saja aku agak kurang niat. Karena aku tahu sendiri, kau bakal kerepotan. Menyuruh diri sendiri saja untuk giat beribadah masih susah, apalagi menyuruh mereka. 

########

Akhirnya selesai sudah urusan ijazah dan skhun ku. Segalanya lengkap, jadi tak ada lagi keperluan di sekolah ini lagi. Maksdku untuk berkas-berkas hasil sekolahku. Untuk keperluan seperti silaturahmi dan yang seperti itu pasti tetap aku jalankan. Karena SBBS adalah almamaterku. Aku pernah sekolah disana. Meski tak selalu bahagia, banyak sedih dan kecewanya disanalah aku banyak belajar bahwa hidup ini tak selalu berjalan semulus yang kau harapkan. Berikhtiar lah dulu. Hasilnya, terserah diri-Nya. Itulah haknya. Kita harus terima dengan penuh syukur. 

Temanku semakin banyak yang datang. Rere, Haditya, Maulana, Nudji, Mifta, Lillo, Haris, Dion, Aril, Masyhadul dan Ilham. Tujuan mereka tak jauh berbeda dariku. Akhirnya hari H pun tiba. Kongres diadakan. Apa yang terjadi nanti ya? Kita liat nanti.

Read More......

Kamis, 26 Juli 2012

Hijrah lagi ke jawa (Sekedar Singgah)

Whew, sudah hampir 2 bulan aku dan teman2 menunggu keberangkatan kami ke Turki di rumah. Cukup lama. Ya, kita ingin segera merasakan suasana baru di negeri Ayam Kalkun tersebut. Menunggu memang menjemukan. Apalagi jika tidak diisi dengan sesuatu yang berguna. kabar yang belum pasti membumbui kegalauan kami. kabar terakhir kita akan berangkat setelah lebaran nanti.
Sekarang 26 Juli, lebaran masih 20 Agustus berarti 3 mingguan lagi. apa yang akan kulakukan selama itu? Di rumah sudah terasa menjemukannya. Syndrome futur berkali-kali aku rasakan. Aku merasa jemu. Aku butuh sahabat untuk saling bertukar pikiran. Siapa?jadi aku putuskan untuk pergi 'kembali' ke jawa. Dan memang aku ada keperluan untuk mengambil ijazah dan skhun. Selain itu pada tanggal 28 Juli lusa, akan ada jumpa alumni angkatan 1 & 2 di SMAku, SBBS Gemolong. Dan lagi teman2 BEC (Alumni SMP N 1 Sragen kelas E) mengajakku untuk BUBER. Sudah kuputuskan aku akan ke jawa. Dengan niat bersilaturahmi, kalau bisa menimba ilmu agar jauh dari sindrom ganas tersebut. Aku tak ingin terjangkit terus.
Perjalanan akan aku mulain hari ini. Pukul 20.20 tepat kereta Senja Utama Solo akan melaju dari Pasar Senen. Kereta itulah yang akan membawa ku kawan. Ah, mengapa aku baru sadar saat-saat terakhir. Aku sungguh malu. Aku tak ingin Ramadhan ku kali ini terasa hambar seperti sebelum2nya. harus ada bumbu yang menyedapkan rasanya.
Sudah lama sebenarnya ingin mengetik lagi, namun karena sindrom futur itu. ah, sudahlah buat apa disesali. Semangat dari temanku kemarin membuatku malu akan diriku ini. Aku harus bangkit! dan kumulai dengan berhijrah ke kampung lama. Di Sragen sana. Bismillah....

Read More......

Futur itu Menyakitkan

Aku merasa gelap
Gelap akan kenikmatan dunia yang melenakan
Ingatkah aku dengan waktu?
Melihatnya saja sering enggan
Berharap waktu berhenti
Dan aku bisa memuaskan hasrat duniawi ini
Namun setelah aku sadar dan terbangun
Apa yang telah kulakukan?
Betapa meruginya diriku
Kesempatan meraih cahaya-Mu
Kubuang sia-sia


Waktu ternyata telah pergi meninggalkanku
Ia kecewa, merasa kuabaikan
Oh, aku ingat..
Aku sempat mengingat waktu
Ketika adzan berkumandang
Itu saja...
Adzan bagai alarm
Yang menandakan 5 sudut massa
Betapa meruginya diriku
Lalu apa yang harus kulakukan?

Oh ya, bukankah bukankah diriku muslim?
Apakah aku lupa?
Pengobat hati yang luka
Telah diturunkan beribu-ribu tahun yang lalu
Tapi, mengapa aku sering enggan menyentuhnya
Kubiarkan berdebu di sudut kamar
Hanya pajangan tak bernilai
Apa yang telah kulakukan?
Suara itu...Getaran di hati
Aku benar-benar merindukannya
Namun mengapa raga ini enggan ya Allah?
Mengapa susah diatur?
Apakah nafsu telah menguasaiku?
Apakah aku telah tenggelam hingga kedasar kegelapan itu?

Ya Allah, tolonglah hamba ya Allah...
Tapi apakah aku pantas diberi pertolongan?
Diriku pernah bercahaya dulu
Kini hitam legam kotor tak terkira
Melihat diriku sendiri saja enggan
Apa lagi diri-Mu ya Rabb..
Namun, tak ingin diri terus menerus seperti ini
Aku..aku..

Ampunilah diriku ya Rabb, ampunilah hambamu...
Aku ingin bangkit
Bantulah hambamu yang hina ini ya Rabb
Berikan kekuatan dalam hati kami..
Agar dapat bangkit
Meraih cahaya-Mu ya Allah
Hamba tidak ingin begini terus
Hamba benar-benar tersiksa


اَللَّهُمَّ لا سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَ أَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja’altahu Sahlaa Wa Anta Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.


Read More......