Minggu, 24 Juni 2012

Lebih Baik Sakit Hati daripada Sakit Gigi

Bagaimana menurut kalian? Lebih enak mana? Pernyataan itu berasal dari ayahku yang membuat diriku sontak terkejut dan bilang “Gak kebalik, Yah?” untuk meralat beliau. Namun, ayah menjawab bahwa memang begitulah adanya. Ayahku baru saja operasi gigi gara-gara giginya infeksi dan sakitnya bukan main, berbulan-bulan belum kunjung hilang. Waktu telepon padaku seminggu yang lalu Ayahku belum bisa bilang apa-apa, susah dibuat bicara. Sakitnya menjalar ke seluruh tubuh membuat nyeri semua badan. Betapa kasihan ayahku. Lantas mengapa ayah memilih sakit hati daripada sakit gigi?
Tiap manusia kadang berada diambang dimana dia berada dalam puncak kesuksesan dan dilain waktu berada dilumbung kenestapaan. Tak seterusnya manusia berada dipuncak keberhasilannya. Oleh sebab itu diperlukan mental dan persiapan yang kuat agar bisa menghadapi masa dimana kita mengalami keerpurukan. Itulah alasan mengapa ayahku memilih sakit hati? Ada yang sudah paham? Coba renungi sejenak sebelum melanjutkan baca.
Segala sesuatu perlu sebuah kebiasaan agar mahir dalam menghadapinya. untuk menghadapi UN atau SNMPTN kita harus belajar tekun dan tak lelah mengerjakan latihan soal. Untuk bisa diterim kerja diperusahaan juga harus berlatih berbicara saat wawancara, membiasakan diri bertatap muka dengan orang, dan melatih kepercaya dirian. Seluruh atlit tak mungkin sejak lahir handal dalam olahraga di bidang mereka kecuali dengan latihan keras dan ulet. Begitu pula hati, hati perlu dilatih agar lebih kuat menghadapi cobaan dengan terbiasa berhasil menyelesaikan cobaan-cobaan sebelumnya. Jika hati sudah sering tersakiti, maka lama kelamaan hati ini seharusnya akan kebal dan dapat dengan tenang menghadapi cobaan yang sedang berkunjung kepadanya.
Memang pada kenyataannya kebanyakan orang tidak suka ati mereka disakiti. Kebanyakan jika hati kita tersakiti akan menangis, marah, dongkol, bete, galau dan sebagainya. Padahal jika manfaatkan momen dimana kita sedang tersakiti dengan sebuah pikiran positif, justru hal tersebut bisa menjadi pemacu semangat kita untuk menjadi lebih baik, memacu diri kita agar bersemangat menghadapi kehidupan yang keras ini. Misalnya skripsi kita dicemooh, tidak dihargai bahkan direndahkan oleh dosen dan dosen tersebut tidak memberi masukan mana yang salah dan dengan seenak hati menyuruh kita mengulang atau mengganti tema dari hasil kerja keras kita selama ini. Siang malam tiada henti mengerjakannya. Segala upaya, dana, dan keringat telah terkerahkan. Eh bukannya ditanggapi dengan baik, malah sebaliknya. Kalau saja kesabaran ini tak ada melayang sudah sepatu kita kepala dosen dan kita akan segera diskors bahkan dikeluarkan! Dampaknya parah bukan. Itu namanya rugi pangkat dua.
Dalam islam kita diharuskan untuk bersabar dalam menerima cobaan. Semakin kuat iman seseorang, akan semakin besar cobaannya. Jadi yang bilang kesabaran ada batasnya itu sebenarnya tidak sabaran. Mengapa? Cobaan itu berbanding lurus dengan kesabaran orang. Orang yang berhasil sabar pada cobaan level sekian, akan menghadapi cobaan level selanjutnya yang juga sama kuat dengan kesabarannya. Maka ia diharuskan meng-upgrade kesabarannya. Bisa-bisa sabarnya meningkat lebih jauh daripada cobaan tersebut. Sampai tak terhingga. Itulah kesabaran level puncak yang hanya dimiliki Nabi yang termasuk dalam Ulul Azmi. Nah, memang kesabaran kita takkan pernah bisa menyamai mereka, karena cobaan yang kita terima juga tak seberat yang mereka pikul. Coba kalian renungkan sendiri.
Nah, sudah jelas bukan mengapa ayahku lebih memilih sakit hati daripada sakit gigi. Karena dengan sakit hati itu kita belajar dan lebih terpacu semangatnya untuk menyikapinya dengan kepala dingin, sehingga diri kita lebih dewasa dan siap menghadapi cobaan berikutnya. Lha, daripada sakit gigi. Makan susah, bicara susah, tidur gak nyenyak, badan nyeri semua, nangis aja deh. :D

2 komentar:

  1. info yg menarik..
    Perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Kedokteran di UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Yogyakarta
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf baru balas sekarang komentar anda.
      Salam kena pula....
      Anda admin dari blog-blog UII y? Saya lihat dari profil Anda terdapat list blog fakultas di UII.

      Oh ya, terima kasih telah berkunjung. Semoga bisa menjadi manfaat bagi kita semua.

      Hapus