Jumat, 15 Juni 2012

Sholat Cerminan Diriku

Sholat merupakan kewajiban setiap muslim. Wajib berarti harus dikerjakan. Jika kita telaah lebih dalam lagi, sholat merupakan kebutuhan seluruh manusia. Ibarat makanan, jika kita terus –menerus tidak makan, pasti badan kita akan merasa letih, lemah, lemas, lunglai dan tak bertenaga. Nah, begitu juga sholat. Makanan itu sebagai energi untuk raga kita sedangkan sholat merupakan energi untuk jiwa kita. Tanpa sholat tentu hati dan jiwa ini akan kehilangan energi untuk menjalani kehidupan. Sholat juga merupakan fondasi yang paling penting dalam agama Islam. Fungsi fondasi itu adalah untuk menjaga kekokohan suatu bangunan. Agar kuat diterjang angin sekencang apapun. Selain itu, sholat merupakan amalan yang akan pertama kali di hisab di Yaumul Hisab nanti. Oleh karena itu, sholat adalah ibadah yang amat sangat penting untuk dilakukan.
Sudahkah kita sebagai umat muslim menjalankan sholat? Sudahkah kita menjalankannya rutin 5 waktu? Lalu sudahkah kita menjalankannya di awal waktu? Tergerakkah hati kita jikalau kita mendengar seruan adzan untuk segera mendirikan sholat? Sudahkah kita merasa ikhlas dalam mengerjakannya? Sudahkah kita dapat merasakan ketenangan jiwa darinya? Apakah jiwa dan raga ini merasa bosan atau malas untuk mengerjakannya? Seberapa pentingkah posisi sholat jika dibandingkan dengan berbagai aktifitas menyenangkan yang sering kita lakukan? Jawablah pertanyaan tadi sebagai renungan kita bersama.
Di lingkunganku, aku melihat hal yang begitu paradox. Sebuah paradox anak asrama dalam menjalankan sholat. Asrama yang umum, bukan yang berbasis islam secara penuh. Di asramaku, memang kakak-kakak pembina dan pembimbing asrama sering menyeru dan mengajak kami sholat berjamaah. Kadang juga dengan sedikit teriakan. Jika, kami sudah bebal tak menghiraukan seruan mereka. Dan ternyata itu berpengaruh sekali. Seisi masjid, penuh terisi oleh siswa asrama yang beragama muslim. Asrama bersih saat sholat akan didirikan. Mungkin hanya beberapa anak saja yang malas berangkat ke masjid, bersembunyi di balik lemari atau di kolong ranjang. Seruan aamiin pun bergema kencang di langit-langit masjid kami. Hingga terdengar sampai ratusan meter di sekiling asrama kami. Yah, betapa rajin kami dalam sholat. Sudah di awal waktu, berjamaah pula.
Namun, suatu hari pembinaku pergi ke luar kota. Entah ada urusan apa, yang penting tak ada hubungannya denganku. Apa yang dirasakan teman-teman seasramaku? Desas-desus tentang kepergian pembinaku langsung terdengar ke seluruh penjuru asrama yang membuat mata mereka melotot dan mengatakan “Masak! Beneran!” dengan senyum lebar tak terkira. Yah, mereka senang setiap pembinaku tak berada di lingkungan asrama. Tak ada beliau, berarti bebas. bebas berarti tak ada yang melarang dan mengatur. Berlagak semau sendiri. Entah itu salah atau benar.
Aku takkan menyebutkan satu-satu apa saja yang kita lakukan jika yang namanya ke’bebas’an itu datang. Yang aku ingin ceritakan adalah masalah sholat kami. Dan tentu saja yang terjadi adalah perubahan 180 derajat.
Semua sistem yang telah dibuat jadi berantakan. Kita bangun seenaknya sendiri, sholat subhuh juga entah. Masjid jadi sepi. Hanya satu-dua baris saja yang berdiri. Suara aamiin pun hanya sayup-sayup karena yang satu-dua baris itu juga ngantuk setengah tidur sholat. Jika tidak mereka yang terlambat buat jamaah sendiri-sendiri. Begitu pula sholat yang lainnya. Kegiatan ngaji setelah magrib yang biasanya dilakukan juga terbengkalai. Setelah sholat subuh mereka lebih memilih melanjutkan mimpi yang terputus lantaran sholat barusan.
Kesadaran akan pentingnya sholat memang perlu dipupuk. Segala seuatu yang bisa dicapai pasti melalui proses, bukan? Dan proses itu perlu diusahakan. Bukan hanya diam menunggu dan hanya berharap keajaiban akan muncul. Sholat itu amat penting. Dan ada yang mengatakan sholat adalah cerminan dari diri kita. Untuk itu marilah kita bersama dengan mengajak keluarga, saudara, teman ataupun orang muslim di sekitar kita untuk menegakkan sholat. Sholat yang berkualitas. Agar kita bersama hidup dengan damai, tenang dalam indahnya iman.
Tulisan ini aku buat hanya curahan hatiku saja. Sebuah pemikiran orang yang masih awam sepertiku. Sholatku masih belum bisa dibilang bagus. Masih sering tersa berat hati jikalau mendengar seruan adzan untuk segera ambil wudhu dan segera menuju masjid. Yah, semua itu butuh proses kan. Aku juga sedang menjalani proses, dalam meningkatkan kualitas sholatku. Saran, masukan dan nasehat dari pembaca yang saya hormati, merupakan harapan terbesar bagi diriku.

0 comments:

Posting Komentar