Jumat, 15 Juni 2012

Keguruan dan Masa Depan

Setiap orang memiliki impian. Dan tentu setiap impian orang berbeda-beda. Impian tersebut terbentuk dari pengalaman yang telah mereka lalui dalam kehidupan mereka. Apalagi, yang sedang memutuskan masa depannya. Yaitu mereka yang telah dinyatakan lulus SMA, dan dihadapkan dengan beragam pilihan masa depan, yang entah kedepannya juga belum dapat diketahui sekarang. Tentu pilihan itu tidaklah boleh sembarangan. Memang kita belum tahu apa yang akan terjadi nanti. Apakah jurusan yang kita pilih dapat mengantarkan kita ke gerbang kesuksesan atau sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan yang matang atas apa yang akan kita pilih. Sudahkah kita melakukannya?
Aku tidak dapat memeberi saran yang pasti karena diriku sendiri amat perlu saran tersebut. Untuk memilih keputusan itu. Aku juga bingung, galau, khawatir dan rasa lainnya yang membuat hatiku tak tenang. Kira-kira apa ya bakatku? Apakah jurusan ini cocok denganku? Mudahkah aku jika masuk ke sana? Bagaimana nanti kehidupanku selama aku berkuliah? Bagaimanakah pergaulan saat kuliah nanti ? Apakah orang tuaku keberatan dengan biaya kuliahku nanti? Kerja paruh waktu apa yang akan kuambil selama berkuliah nanti? Dan bagaimana prospek masa depanku nanti? Itulah beberapa pertanyaan yang sebelumnya sering memenuhi isi kepalaku.
Memilih jurusan memang bisa menjadi masalah kompleks bagi kebanyakan remaja sepertiku yang baru saja lepas dari jenjang SMA. Nah, jika kalian sudah memiliki impian, maka beruntunglah. Sebenarnya impian itu yang akan membimbing kalian ke masa depan nanti. Tentu kita akan memilih jurusan yang dapat mengantarkan kita ke impian kita. Selama impian itu adalah impian yang baik. Karena dengan begitu kita akan bersemangat untuk menggapainya. Bekerja keras untuk meraihnya. Berdoa untuk kelancarannya. Yah, banyak sekali keuntungan orang yang sudah memiliki impian dan menetahui kemampuan dirinya sendiri. Lalu bagaimanakah dengan orang yang masih bingung akan pilihannya?
Aku, memang belum memiliki impian yang tampaknya menarik buatku. Tapi aku yakin aku pernah menginginkannya. Entah, aku mungkin lupa impianku masa kecil dulu. Dari sejak naik kelas 12 SMA, aku sudah pusing memikirkan jurusan apa ayng kira-kira cocok denganku. Melihat teman-temanku yang kebanyakan siswa olimpiade, aku merasa minder sendiri. Mereka sudah mengerti bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Jika ditanya tentang cita-cita. Yang ada di pikiranku adalah menajdi seorang pengusaha. Pengusaha apa? Entahlah, semakin tidak jelas saja. Dalam pikiranku pengusaha adalah orang yang bekerja secara independen dan dapat mempekerjakan orang banyak. Naymankah aku dengan impian tersebut. Karena masih abu-abu dan asal jawab saja aku belum dapat mengambil semangat dari impian itu.
Berulangkali aku pikirkan bakat dan kemampuanku apa saja. Malam ke malam aku jadi susah tidur memikirkannya. Belum lagi UN yang waktu itu sudah mau dekat. Terpecahlah pikiranku kemana-mana. Tak bersemangat. Padahal, banyak sekali pelajaran yang harus aku habiskan untuk menghadapi UN nanti. Aku konsultasikan diriku pada teman dan guru. Yang ada adalah kembali padaku sendiri. Memang benar sih, mereka seharusnya tak lebih tahu tentangku dibanding diriku sendiri. Seharusnya akulah yang memutuskan. Pernahkah kalian merasa ke’galau’an ini? Galau untuk kebaikan?
Hari-hari berlalu, UN semakin dekat. Aku sudah bosan memikirkan pilihan jurusan itu. Dan aku jgua sudah putuskan, entah, apakah cocok dengan diriku atau tidak. Dari kakak-kakak mahasiswa ayng datang untuk memberi seminar aku tertarik masuk ke ITB. Teknik Industri, ya itulah jurusan yang mungkin cocok denganku. Kemudian aku mencari informasi tentang jurusan itu. Cukup banyak, bukan, memang banyak sekali peminatnya. Jurusan yang menjanjikan masa depan bagi mahasiswanya. Dengan gengsi kuliah di ITB dan pamor jurusan yang tidak main-main itu, maka kuputuskanlah untuk memilihnya dalam SNMPTN undangan nanti.
Hari demi hari aku lewati. Aku berusaha meningkatkan semangatku untuk mempersiapkan diri menghadapi UN. Suatu hari ayahku dipanggil untuk menghadiri seminar beasiswa kuliah di Turki. Kebetulan memang sekolahku bekerjasama dengan organisasi Turki dalam bidang pendidikan, yang bernama PASIAD. Entah, apa saja acara seminar itu, aku tidak ikut menemani karena saat itu juga sekolah tidak diliburkan. Selain acara seminar, ternyata juga ada pengumuman siapa saja siswa yang berhak mendapat undangan. Dan sayangnya aku tidak masuk dlam daftar nama tersebut.
Mimpiku yang pertama sudah pupus. Ayahku memberiku motivasi agar tetap semangat. Nilai-nilaiku ternyata tidak konsisten naik turun bagaikan ombak di lautan. Yah, sedih memang, namun harus kuterima kenyataan ini. Kemudian, ayahku memberiku saran, untuk mencoba ambil kuliah di Turki. Karena nilai SATku tak begitu bagus, beliau menyarankanku untuk ambil keguruan ataupun MIPA. SAT itu digunakan untuk mendaftarkan jurusan di Turki. Nilai SATku 1010, sedangkan untuk teknik, batas amannya adalah 1100. Ah, nyaris sekali. Memang semenjak banyak seminar dari kakak mahasiswa itu minatku untuk ambil beasiswa di Turki berkurang. Maka SATku ini tidak aku kerjakan dengan maksimal.
Yah, kalau dipikir agak gimana..gitu. habisnya aku kemungkinan besar tidak dapat kuliah di Teknik. Sedih memang. Lalu, nasehat ayahku adalah apapun jurusan kita nanti juga belum tentu menentukan masa depan kita. Kuliah itu sebenarnya adalah ajang untuk membentuk pola pikir kita dalam menyelesaikan masalah yang lebih kompleks nantinya. Bukan hanya masalah dalam mata kuliah namun juga masalah yang akan hadapi dalam kehidupan sehari-hari kita nanti. Saat kita telah memasuki dunia perkuliahan berarti kita sedang masuk ke dalam terowongan menuju ke gerbang kedewasaan. Yeah, dalam terowongan itu kita akan menghadapi berbagai macam hambatan yang entah masih misterius.
Kemudian aku berpikir mengenai apa yang sebenarnya aku sukai. Sambil memikirkan nasehat ayahku mengenai jurusan keguruan itu, tampaknya mengajar juga menyenangkan. Dalam perjuangan mempersiapkan UN ini aku sempat belajar bersama teman-temanku. Sharing tentang apa yang kita mengerti , menyelesaikan masalah dan soal-soal bersama. Yah, bukankah menyenangkan jika kita memiliki ilmu ayng dapat membantu menyelesaikan masalah orang lain? Apalagi bisa menambah pengetahuan mereka? Ya, tampaknya kuliah dijurusan keguruan ini bisa memberiku wawasan mengenai bagaimana cara mengajar yang baik, menyampaikannya dengan jelas, agar ilmu ayng kita berikan tidak disalahpahami oleh yang menerimanya. Aku memiliki prinsip agar memiliki ilmu yang banyak supaya jika orang lain menanyakan suatu hal padaku, aku tidak menjawabnya asal-asalan melainkan dengan jawaban yang dapat membantu mereka. Barangkali itu yang membuatku menata kembali pola pikirku tentang jurusan itu. Mengapa demikian?
Keguruan memang bukan jurusan yang bergengsi ataupun diminati banyak orang. Jika diminatipun itu juga karena ingin dapat sertifikasinya. Menjadi guru berarti harus menghadapi entah berapa anak-anak yang susah diatur. Buat apa kita mengurus anak orang? Buat apa kita memberitahu banayk kepada mereka, padahal tak jarang dari mereka mengabaikan apa yang kita ajarkan? Ternyata disitulah tantangan untuk menjadi seorang guru yang baik. Guru adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang besar. Bahkan lebih besar dari presiden sekalipun. Karena gurulah yang dapat mengobah pola pikir suatu bangsa. Yang dia ajarkan dapat merubah nasib bangsa menjadi lebih baik ataupun sebaliknya. Coba kalian pikir, semua pekerja professional dapat menjalankan bidang mereka karena eksistensi guru. Tidak bisa dipungkiri, bahwa nasib dunia ada di tangan guru.
Bayangkan jika guru kaidah mengajar yang baik. Hanya mengharapkan uang yang lebih dari pekerjaan mereka. Menurutku, guru bukanlah sekedar pekerjaan, melainkan sebuah amanah yang dapat diemban setiap insan yang memiliki ilmu. Amanah harus disampaikan. Apa yang disampaikan? Yaitu ilmu-ilmu kita. guru memiliki arti yang cukup luas bukan? Guru tidak hanya ditemukan di sekolahan atau kuliahan. Tidak selalu menggunakan baju dinas PNS. Tidak selalu memberi PR ataupun tugas presentasi. Namun, mereka yang ikhlas memberi ilmu baik saat ditanya ataupu ada dorongan dari hati untuk membantu mereka yang butuh ilmu darinya.
Yeah, aku ingin mengobah pola pikirku untuk menjadi pengajar yang baik. karena mengajar adalah tugas mereka yang belajar. Bersyukur pula aku dapat kesempatan mengambil beasiswa di Turki. Yah, aku memang belum memulai kuliah. Tapi aku sekarang sedang mempersiapkannya. Bermula dengan belajar bahasa Turki. Karena komunikasi adalah ‘gadget’ terhebat untuk mengajar. Aku mohon doa dari para pembaca. Semoga artikel yang aku tulis selanjutnya merupakan kabar baik dari negeri ayam kalkun sana. Bismillah.

0 comments:

Posting Komentar