P
agi ini hawanya dingin. Tapi segar menenangkan. Dampaknya buat orang akan lanjut tidur setelah subuh. Aku berusaha membiasakan diri untuk tidak melakukan hal itu. Meskipun kadang ya aku lakukan. Oleh karena itu agar tidak mengantuk, aku mencoba untuk membaca ayat-ayat Qur’an. Yah, atas saran dari abiku agar hari-hari ini kita awali dengan sesuatu yang baik.
Di musholla seperti biasanya, sepi. Hanya ada beberapa orang. Penglihatanku agak kabur karena aku tidak menggunakan kacamata. Kulihat ada orang duduk di dekat pintu ke tempat wudhu. Mengenakan hoddy dan dia gunakan penutup kepalanya. Tampaknya dia kedinginan. Memang, dari tadi aku juga menggigil karena hanya menggunakan kaos berkerah saja. Orang itu sepertinya menatapku. Aku menyipitkan mataku untuk berusaha fokus ke orang itu. Ternyata dia adalah Fatchul. Temanku dari Pati. Ia berasal dari SMAN 1 Pati. Rencanya ia juga akan mengambil beasiswa keagamaan untuk kuliah di Turki, berbeda denganku yang akan mengambil beasiswa untuk tekniknya. Kami baru berkenalan di acara camp untuk pelajaran bahasa Turki di semesta. Baru minggu kemarin malah. Aku belum mengenalnya jauh. Namun, sepertinya anak ini menyenangkan dan ramah terlihat dari betapa seringnya dia tersenyum jika berpapasan dengan orang.
Aku menyapanya. Yah dengan sedikit obrolan ringan sebagai pembuka dari perbincangan kami. Dia bercerita tentang keluarga dan sekolahnya. Dia anak pertama dari 7 bersaudara. Aku juga agak kaget karena saudaranya yang begitu banyak. Ternyata dia dulu adalah seorang aktivis rohis di sekolahnya. Ia menceritakan tentang kegiatan-kegiatan selama berada dalam organisasi tersebut. Kadang sempat terpikir ingin sekali aku masuk ke organisasi seperti itu. Bertukar pikiran tentang Islam. Berdiskusi tentang hal baru. Atau sekedar untuk emperkuat ukhuwah. Aku berpikir betapa beruntungnya dia dapat aktif berorganisasi di masa SMAnya. Dan artinya dapat berguna bagi orang lain. Bahkan ternyata organisasi itu bukan main-main. Mereka mengontrak rumah khusus untuk anak-anak rohis yang rumahnya jauh. Sehingga dapat dijadikan tempat berkumpul yang pas. Ah, menyenangkan sekali.
Dia memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis yang dapat menyebarkan ilmu-ilmunya sehingga dapat berguna kepada orang lain dalam berbuat kebajikan. Ternyata dia pernah ke luar negeri sebelumnya. Tapi aku belum bertanya dalam rangka apa ia kesana. Mungkin lain kali aku akan menanyakannya.
Nah, selain menceritakan tentang dirinya ia menceritakan tentang Islam. Mengenai Ikhwanul Muslimin dan organsisasi islam lainnya. Yah, karena ia aku yang menanyakan hal tersebut. Ia juga berbicara tentang sistem pemerintahan di beberapa negara. Seperti di Mesir, Arab, Malaysia dan Indonesia. Tentang sejarah yang ternyata diputar balikkan orang-orang “sana”. Tentang kondisi islam di indonesia, dan masih banyak hal lainnya.
Aku jadi teringat dengan Mas Izal. Mas yang juga sering memeberiku nasehat dan berdiskusi mengenai masalah agama sepertiku dengan Fatchul. Sudah lama aku menginginkan hal itu. Bertukar pikiran, menambah wawasan, memberi argumen-argumen. Ah, betapa menyenangkannya. Aku ingin membangkitkan opikiran dan jiwaku lagi. Untuk memikirkan Islam. Berjuang di jalan Islam.
Selama ini aku sering terlena dalam lautan kenyamanan dan lelucon. Membuat pikiran dan jiwaku redup dan tertutup. Yah, aku akan berusaha lagi untuk membangkitkan semangat Muslim sejati. Berjihad dengan menjadi pemikir. Belajar dengan mengajar. Banyak memberi sedikit menerima. Yah, semua itu perlu langkah atau tahapan. Sedikit demi sedikit. Yang penting istiqomah. Allah lebih menyukai ibadah yang dilakukan terus-menerus meskipun amalan itu hanya amalan ringan. Dengan adanya Fatchul di sini, aku ingin menimba ilmu dan bertukar pikiran dengannya. Untuk menjadi Muslim yang benar-benar Muslim. Bismillah.
Hidup takkan berarti tanpa Iman
Iman dapat kita cari lewat renungan
Renungan kita dapatkan dari pembelajaran
Pembelajaran tentang ilmu Kehidupan...
Jumat, 15 Juni 2012
Thinking Moeslemly?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar