Berada dalam lingkungan yang berbeda itu memang perlu adaptasi. Dan setiap orang memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Ada yang mudah dan ada yang susah. Yeah, bagaimana denganku. Aku adalah tipikal orang penyendiri namun tidak suka sendiri. Aneh khan? Haha. Entah, aku suka menyendiri. Merenungi. Mengamati alam. Menenangkan pikiran. Namun, aku tidak suka sendirian. Aku juga tak betah jika tak ada yang aku ajak bicara. Untuk bertukar pikiran tentunya. Tapi, kadang hanya sedikit orang yang mengerti dan menghargai pemikiran-pemikiranku. Yah, hanya orang-orang tertentu. Bukannya aku suka memilih-milih teman, namun, aku merasa cocok tidaknya aku dengan orang itu.
Sering aku bersedih, ketika tak ada yang dapat aku ajak bicara. Yang dapat memahami pikiran dan persaanku ini. Dalam kesendirian aku menitikkan air mata. Memohon kepada-Nya orang-orang yang dapat memahamiku. Berharap mendapat teman yang cocok denganku. Itulah harapanku dulu.
Setelah menunggu lama. Memang tak ada teman yang sempurna yang seperti aku harapkan. Lalu apakah aku bersedih? Ternyata dalam penantian ‘temanku yang sempurna’ itu aku tersadar. Betapa aku lebih mementingkan diriku sendiri. Egoisnya diriku yang dulu. Mengharap ada teman yang memahamiku. Dan aku sadar seharunya akulah yang memahami mereka. Dengan rasa bersyukur atas apa yang kudapat, aku perlahan memahami, bahwasanya masing2 diciptakan untuk saling melengkapi. Masing2 pasti punya kekurangan. Betapa selam ini aku justru sering memisahkan diri tak ingin membantu melengkapi kekurangan teman-temanku yang lain. Padahal dengan aku berteman dengan banyak orang kekuranganku juga bisa tertutupi.
Saat ini aku belajar untuk berani tersenyum dan berteman dengan berbagai macam orang. Aku yakin seburuk-buruknya manusia, pasti dalam hatinya memiliki suatu kebaikan. Meskipun amat kecil, yang penting ada. Karena manusia itu fitrahnya baik. Lingkungan lah yang membuatnya buruk. Bayi lahir dalam keadaan suci. Lingkungan tempat dia dilahirkan dan dibesarkanlah yang membuatnya memiliki bermacam-macam karakter. Jadi, aku akan berusaha untuk memperkuat jiwa dan hati ini menghadapi sifat teman-teman yang berbeda memahami dan menerima mereka, serta mensyukuri adanya mereka dalam kehidupan kita. Tak ada seorang sahabat sejati, yang ada adalah semua sahabat sejati.
Hidup takkan berarti tanpa Iman
Iman dapat kita cari lewat renungan
Renungan kita dapatkan dari pembelajaran
Pembelajaran tentang ilmu Kehidupan...
Jumat, 15 Juni 2012
Why am I crying?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar