Seperti biasa, pagi menyambut semua insan dengan senyuman. Cerah menyenangkan. Menghilangkan rasa sedih dan galau di hati. Ditambah lagi suara merdu sang sinden pohon, yang menambah kedamaian dalam kalbu. Sudah sewajarnya tiap insan yang diberikan kenikmatan pagi ini untuk bersyukur kepada-Nya, Sang Pencipta pagi. Alhamdulillah.
Tujuh belas agustus, 67 tahun yang lalu, menjadi saksi sejarah atas kemerdekaan Indonesia. Atas jerih payah perjuangan para pahlawan hingga kita bisa menikmati pagi-pagi ini dengan damai dan tenang. Ya, bersyukurlah...
Di teras rumah, aku menikmati pagi. Ah, tiap pagi memang indah. Rugi sekali bagi mereka yang masih lengket dengan kasurnya, menikmati pagi dalam mimpi yang sesungguhnya semu. Tak seperti biasanya, telah tampak kesibukan orang-orang pemda dan beberapa anak sekolah untuk menyiapkan acara, menyambut kemerdekaan. Apalagi kalau bukan Upacara Bendera. Ah, jujur saja aku tak terlalu suka jika disuruh ikut upacara. Dan aku bersyukur sudah tak menjadi anak sekolahan yang sering dipaksa guru untuk ikut upacara. Apalagi di lapangan kota.Tak ada terburu-buru memakai baju seragam. Tak ada kebingungan mencari dasi atau topi. Ah, bebas menikmati pagi.
Sayup-sayup suara peleton yang sedang gladi resik terdengar. Lapangan kecamatan tak jauh dari rumahku. 50 langkah saja mungkin terlalu banyak untuk kesana. Cukup dekat. Sebelumnya mereka telah berlatih. Yel-yel mereka saat gerak jalan menuju lapangan, sering terdengar begitu semangat. Semoga mereka sukses menunaikan tugas mereka. Memperingati kemerdekaan umat Indonesia. Kemerdekaan? Memang kita sudah merdeka?
Tak perlu lah kita membicarakan aib negara sendiri. Sudah banyak dibahas oleh para pakarnya. Ya, seperti yang kita tahu, meski negara kita di atas kertas memang sudah merdeka, namun pada kenyataannya jauh dari cita-cita kemerdekaan. Apa saja sih cita-cita tersebut? Coba baca lagi pembukaan UUD 1945. Di dalamnya tersurat dan tersirat beragam euforia kemerdekaan serta tujuan nasional. Baca dan renungi lagi. Sudahkah kita sebagai bangsa Indonesia mencapainya?
’Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’
(Alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945)
Meski banyak persoalan melanda aku tetap cinta negaraku. Lebih karena iba dan rasa syukur, bukan karena bangga. Untuk bangga itu belum. Mengapa demikian? Yah, coba kalian renungkan sendiri-sendiri atas Indonesia ini. Rasa cinta dalam bentuk apakah kalian terhadap negara ini? Bangga, senang, bahagia ato justru karena iba, kasihan, rasa syukur karena lahir di negara ini, atau jangan-jangan hanya berpikir, "Yah, apa boleh buat, gua lahir di sini..". Apapun jenis cinta kalian, mari kita bersama-sama sebagai pemuda dan pemudi berjuang membangun negara ini. Agar suatu saat nanti kita mencintai negara ini karena perasaan bangga. Bangga memiliki negara ini. Bangga telah lahir di negara ini. Tak perlu muluk-muluk dulu, cukup perbaiki diri pribadi masing-masing. Dengan merubah kebiasaan, terutama tidur di pagi hari. Kasihan kan, sang pagi sudah berdandan elok namun kita abaikan dan menduakannya dengan alam mimpi.
Ah, ingin aku ketikkan kata "MERDEKA" dengan font tebal warna merah serta tanda "!" tiga kali, namun aku urungkan niat itu. Ya suatu saat nanti, aku berdoa agar Indonesia benar-benar MERDEKA yang SESUNGGUHNYA!!! Aamiin...
0 comments:
Posting Komentar