Selasa, 04 September 2012

The First Step

Ciledug, Minggu 26/08/12 - 16.20 WIB
Kemarin, telah kupersiapkan segala keperluan, mulai dari pakaian, makanan, buku, alat elektronik, dsb. Dan hari ini adalah packing terakhir untuk berangkat menuju negeri asing tersebut. sampai sekarang pun aku masih bingung. Sebaiknya berapa koper yang harus aku bawa. jika satu masih kurang cukup, dua malah menjadi tambahan beban di bagasi nantinya. Dan akhirnya kuputuskan untuk membawa satu koper dan satu tas, macam tas belanjaan, besar. Setelah segalanya siap segera aku, orang tua dan adikku ke bandara. Meninggalkan nenek di rumah sendiri untuk sementara waktu. Untuk bersiap meninggalkan tanah air tercinta. Mobil pun telah siap dijalankan. Pukul 19.35 nanti, akan menjadi catatan bersejarah bagi diriku.

****
 
Delapan belas tahun sudah aku tinggal di Indonesia. Bermacam-macam pula cerita yang telah aku lewati. Beragam kota pula telah aku singgahi. Dan juga berbagai macam sahabat telah aku temui. Segalanya terangkum rapi dalam memoriku dengan folder yang bernama “Indonesia My Country”.
Sejak kecil aku memang suka berpindah tempat. Kalau teman-temanku bilang aku orang “Nomaden”. Yang berarti suka berpindah. Istilah tersebut digunakan pada zaman purba untuk para Homo (manusia) yang hidupnya suka berpindah. Ya itu gurauan mereka, aku hanya menanggapi mereka dengan tersenyum. Berawal dari rumah sakit Harapan Bunda di Jakarta. Karena sudah lebih dari 9 bulan diriku ini bebal tak mau keluar dari perut ibunda, aku pun disesar. Artinya baktiku pada bundaku harus benar-benar besar.

Setelah lahir aku segera dibawa pindah ke kota di pulau lain. Aku lupa urutannya. Suatu saat akan kutanyakan. Kota itu adalah Medan, Ujung Pandan, Blitar, Malang, Semarang, Sragen dan rumahku yang saat ini dan, InsyaAllah, untuk seterusnya adalah Tangerang. Mengapa aku sering berpindah. Karena tuntutan kerja ayahku yang memaksa beliau harus berpindah dari satu kota ke kota lain tiap beberapa tahun.

Aku bersyukur bisa singgah di berbagai kota. Hal yang paling aku syukuri adalah bertemu dengan banyak sahabat dengan karakter yang berbeda. Dan setiap sahabat punya cerita masing-masing dalam diriku. Waktu di Ujung Pandan dan di Medan, aku sungguh masih kecil sekali. Segalanya putih terkadang samar-samar, timbul-tenggelam. Memori-memori masa itu. Sungguh telah lama sekali, dan sulit untuk mengenangnya. Aku lebih sering mengetahui cerita masa kecilku di kota tersebut dari orang tuaku. Serta dari foto-foto jadul yang tersusun rapi di rak buku rumahku. Nampaknya indah. Dan aku percaya itu. Keinginanku adalah bisa bertemu dengan teman-teman kecilku dulu. Mungkin pertemuan tersebut tak langsung aku sadari, karena wajah mereka juga samar-samar dalam hardisk pikiranku.
****

Jakarta, Minggu 26/08/12 - 16.45 WIB
Jakarta memang selalu ramai. Sudah terkenal sampai segala penjuru nusantara bahwa kota ini akan mengalami kemacetan abadi. Takkan bisa di hentikan. Karena sudah terlanjur demikian. Dan itu memang sering menguji kesabaran kita. Belum lagi SMS yang cukup meengejutkan kami. Berasal dari temanku.

"Do, pesawat berangkat jam 18.15. Kita mau check ini lho. Cepet kesini "

Memang masih lama, dan semoga saja tidak macet. Bundaku agak panik setelah mendengar keberangkatan yang dimajukan. Segera ayahku dengan bijak menenangkan beliau. “Kalau kita panik takkan menyelesaikan masalah. Percayakan sama Allah dan Dia akan memberi jalan yang terbaik. Tenang saja, pasti sampai”.
****
 
Malang, kota apel, pernah menjadi kota yang aku singgahi. Saat itu aku masih sekolah di TK Sabilillah. Kalau memori tentang ini aku bisa mengingatnya lebih jelas. Dan aku selalu bergumam, “Ah, masa-masa itu. Betapa konyolnya diriku” saat mengenangnya. Mulai dari sini otakku mulai berjalan. Mulai merekam kejadian yang aku anggap penting. Beragam kekonyolan masa anak TK dapat kuingat kembali. Jl. Bukirsari telah menjadi saksi bisu kehidupanku di kota apel tersebut. Serta sepeda pink yang setelah naik ke TK Nol Besar baru aku copot dua ban yang menopang ban di belakang. Sehingga aku resmi menjadi anak yang keren. Bisa mengendarai sepeda roda dua. Sebuah kebanggaan yang amat sangat saat itu. Senyum pun aku umbar ketika keliling kampung mengendarai sepeda. Meledek anak-anak kecil yang sampai sekarang sepedanya masih beroda empat. “Ah, masa-masa itu”

Belum lagi kejadian Layangan Sawangan. Di mana hampir saja aku ikut terbang ketika disuruh memegang tali tambang yang digunakan sebagai benang layang-layang tersebut. Benar-benar berat. Jika tidak dihentikan oleh Mas, namanya aku lupa, mungkin aku telah terbang bersama burung-burung di angkasa. Dan banyak sekali kejadian lainnya yang timbul tenggelam dalam pikiranku.
Blitar, kota yang hanya satu tahun aku tinggal. Kurang dari itu malah. Aku pindah dari Malang setelah lulus TK dengan predikat memuaskan. Dan segera akan mengemban pendidikan SD di SDIT Kardina Massa. Ya, bangku SD. Aku merasa lebih keren saat itu.

Di kota Blitar, meskipun hanya sebentar aku mengalami banyak petualangan. Teman-teman satu komplekku sering mengajakku bermain. Menjelajahi komplek, mengekspedisi bangunan kosong dan bangunan yang baru dibuat, bermain di sawah, di sungai, melihat para pekerja bangunan, menembaki burung-burung dengan ketapel, sholat di surau. Belum lagi saat di sekolah. Tak kalah banyak pengalaman yang aku dapat saat kelas satu SD ini. Aku ingat saat pendaftaraan ulang disana. Melihat banyak anak-anak seumuranku. Ada yang bahagia, ada yang menangis dipeluk ibunya, ada yang lari-lari bercanda, ada yang hanya diam termenung. Dan aku adalah yang masuk di golongan terakhir.
Di sekolah ini aku sungguh bahagia. Pendidikan agamanya bagus. Yang aku sukai adalah saat guruku bercerita. Ya bercerita apa saja tentang sejarah Islam. Pengajarannya pun menyenangkan. Tak ada kekerasan. Hanya jika melakukan kesalahan bisa dihukum berdiri di depan kelas atau bahkan bisa dikeluarkan dari kelas. Yang paling parah hanya dipanggil ke ruang kantor dan dinasehati secara baik-baik. Tanpa ada kekerasan. Dan aku, alhamdulillah tak pernah mengalami yang namanya di hukum. Banyak hal menarik yang lagi-lagi timbul-tenggelam dalam pikiranku.

****

Cengkareng, Minggu 26/08/12 - 17.15 WIB

“Abang kita di pintu keberangkatan mana?”

“Di jalur kedatangan 2 gerbang E3”

Bandara Soekarno-Hatta sudah nampak. Alhamdulillah, macetnya tak terlalu parah. Pesawat terbang telah berejejer rapi di landasan pacu. Beragam maskapai. Ada Qatar, Malaysia, Turkish, Garuda Indonesia, LION air, dsb. Ah, sebentar lagi. Pukul 18.15 yang akan menjadi saksi bersejaah atas langkah pertamaku ini.

Sesampai di bandara, segera kuturunkan barang bawaanku dan tanpa banyak kata segera menuju ke Gate E3. Nampaknya teman-teman sudah check in. Beruntung aku bertemu Aziz, memberi salam dan ia segera menunjukkan jalan menuju check-in. Print out tiket dan passpor sudah didapat dari Pak Evin dan aku dapat check in.

Kurang tiga orang. Ke 14 anak lainnya termasuk diriku sudah check in. Menimbang luggage kita sambil menunggu mereka. Aku keluar lagi, menemui orang tuaku dan memastikan bahwa semuanya aman terkendali. Tak perlu panik karena pesawat akan berangkat pukul 18.15. aku berfoto dengan mereka dan bertemu dengan orang tua temanku. Menjabat tangan mereka dan mempersembahkan senyuman. Ya, tinggal sebentar lagi.

****
 
Semarang, adalah kota yang selanjutnya aku tinggali. Semakin bertambahnya tingkat sekolahmu, semakin besar pula pengalaman yang akan kau alami. Besar dalam banyak arti. Lebih menarik, lebih seru, lebih menantang, lebih membuat kau membuka mulut dan mengatakan “Wow”. Seperti yang kuceritakan tadi, di Blitar aku hanya singgah sebentar, kelas 2 sampai 4 SD aku menetap di Semarang. Kota baru, lingkungan baru, sahabat baru, dan pastinya pengalaman baru. Aku suka itu. Sungguh terlalu banyak, dan semuanya berkesan sehingga aku bingung bagian mana yang ingin aku ceritakan. Terutama setelah kepindahanku ke Sragen.

****

Bandara Soekarno-Hatta, Minggu 26/08/12 18.05 WIB
Pemeriksaan demi pemeriksaan sudah kami lakukan. Sedih sekali rasanya berpisah. Dengan keluarga, dengan sahabat dan dengan negara ini. Salam perpisahan pada keluarga membuat makin kental saja rasa kerinduan ini. Ah, aku harus ikhlas untk berpisah dengan mereka. Berhijrah menuju negara Bulan Sabit. Segalanya telah siap dan tinggal menyusuri lorong bandara saja untuk menuju ke pesawat. Selamat jalan semuanya. Ibundaku, ayahandaku, adikku, kakek dan nenek, sanak famili, guru-guru dan teman-teman. Aku mohon doa kalian. Untuk menjadi semangat dalam jiwaku. Agar terus bangkit dan berjuang untuk belajar. Merengkuh pengalaman baru. Bertemu dengan orang-orang baru. Di negeri seberang yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Aku akan kembali dengan membuawa sesuatu. Meskipun sedikit aku harap dapat berguna.

Malaysia Airlines, Minggu 26/08/12 - 18.20 WIB
Laju pesawat mulai kencang bersiap lepas landas. Kulantunkan doa bepergian. Dan mulai menyusun harapan kedepan. Berusaha menghilangkan segala rasa was-was di dada. Sulutkan rasa percaya diri akan semangat untuk berhijrah ke negara orang. Kupenjamkan mataku. Kurenungkan dalam-dalam lagi. Apa niat dan tujuanku pergi ke sana. Pergi ke Turki, mengarungi kehidupan baru disana. Dan pesawat telah lepas landas. Bismillah.

2 komentar:

  1. ini nge-postnya dimana? (jam 23:18?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. di asrama, BOLU... gak tau deh.. jamnya salah kali..perasaan gak malem2 banget dah.. hehe

      Hapus