Segalanya akan mudah jika kau terbiasa melakukannya. Mencuci, bukankah hal itu bisa dilakukan semua orang? Mudah bukan? Namun bagaimana jika kau berada di negara lain dan disediakan mesin cuci. Tombol-tombol untuk mengoperasikannya menggunakan bahasa asing yang kau tak pahami. Ingin bertanya namun kau belum bisa bahasa mereka. Hayo, bagaimana? Ada yang bisa kasih solusi? Jawaban terbaik mungkin adalah nekat! Trial and Error! Itulah yang aku alami di sini.
Detergent seharga 1,75 Lira sudah kubeli. 1,75 x 5000= 8,750 rupiah. Ukurannya lumayan besar. Dan karena itu termurah, maka aku beli. Penjualnya bilang, entah benar atau tidak, kalau detergent yang kubeli ini hanya untuk mencuci dengan tangan. Sedangkan yang menggunakan mesin cuci ada tersendiri. Dan harganya lebih mahal yaitu 6,75 lira. Ukurannya 1,5 kg. “Buat apa aku beli sebanyak itu?”, pikirku. Sebenarnya yang menjadi masalah nanti adalah aku takut mubazir. Tempat tinggalku masih sementara. Belum tentu ada mesin cuci di rumah baruku nanti. Jadi kuputuskan beli yang paling murah. Dan berniat mencuci sendiri. selama ini aku baru tahu jika sabun detergent untuk mencuci dengan tangan berbeda dengan mencuci dengan mesin.
Sesampainya di asrama, aku mengambil ember di dekat mesin cuci yang disediakan. Ah, padahal enak sekali jika bisa menggunakannya. Kubawa ke kamar mandi di dalam kamarku. Dan segera mencuci secara manual. Dengan mengeluarkan tenaga penuh 1000 horsepower aku mulai mencuci. Oh ya, sekarang sudah sore, lalu bagaimana cucian ini bisa kering? Lagian aku juga belum tahu dimana tempat menjemur pakaiannya. Mana udara disini dingin lagi. Waduh. Kemudian terbesit ide cemerlang. Menggunakan mesin pengering di mesin cuci. Dan setelah kulakukan, kusadari itu bukan ide yang cemerlang.
Aku menenteng ember ke lantai 0 menggunakan lift. Disanalah ada mesin cuci. Berharap tak ada yang melihat. Malu aku. Ditemani Talgat, temanku dari Kyrgyztan aku mengoperasikan mesin cuci. Talgat bertugas menjadi penerjemahku, karena tombol pengoperasinya menggunakan bahasa Turki. Cucianku tadi kumasukkan ke dalam mesin cuci. Aku hanya butuh pengeringnya. Kemudian, si Talgat memencet sana-sini. Tampaknya dia juga bingung mengoperasikannya. Dan tiba-tiba saja kudengar, “Cuuurrrrr...”. Air mengalir di dalam mesin cuci dan mesin cucinya bekerja! Bekerja mencuci lagi pakaian yang telah kucuci susah payah. Dan tanpa sabun detergent! Aarrgghhhh.....
Kucoba untuk mematikannya berkali-kali. Sudah mati namun tak bisa dibuka. Pakaianku mulai luntur. Celana jeans yang kumasukkan tampaknya meracuni pakaian lain hingga berwarna biru. Adduuhhh. Gawat...gawat... Aku panik. Bisa-bisa pakaianku rusak. Kusuruh Talgat mencari siapa saja untuk membantu kita. Nyawa pakaianku sudah diambang batas.
Akhirnya ada seseorang yang datang. Menjelaskan jika mesin cuci ini akan otomatis terbuka jika proses mencucinya sudah selesai. Kira-kira dua jam. Dan artinya, usaha mencuciku tadi sia-sia. Miris rasanya. Kata Talgat juga, mesin pengeringnya ada di ruangan lain. Kacau semuanya deh. Kupikir satu mesin bisa dibuat dua fungsi, mencuci dan mengeringkan. Betapa jeniusnya diriku.
Sehabis sholat isya, aku mengecek kembali cucianku. Alhamdulillah sudah selesai dan alhamdulillah juga sekarang pakaian-pakaianku memiliki warna baru, yaitu biru. Segera aku bawa ke ruang pengering. Ada sebuah alat di sana. Kali ini aku takkan salah. Kuru berarti kering. Ada pilihan macam-macam. Dan kupilih Ekstra Kuru!!! “Jeeengggiiiiiddddd....wwoooshshh...wwooossshhhh” mesin pun bekerja. Bismillah. Semoga sukses!
Lama juga aku menunggu. Sudah hampir jam 11, namun belum juga usai. Ah, asrama sudah sepi. Talgat dan rasyid sudah tidur. Yang jadi teman bcaraku adalah sahabatku di What’s app dan BB. BB ini juga aku pinjem punya rasyid karena aku belum sempat registrasi dan beli kartu. Lama sekali rasanya. Udara bertambah dingin. Mungkin 15 derajatan ada. Sekujur tubuhku gemetar. Lalu aku memikirkan lagi, setelah dicuci dan dikeringkan berarti harus disetrika. Dan itu masalah baruku. Ah biarlah, tak perlu di setrika juga. Masak mau beli? Tunggu pindah rumah aja deh.
Alhamdulillah, pakaiannya sudah kering dan hangat. Super Kuru emang the best! Peduli amat dengan pilihan-pilihan lain yang tidak aku mengerti apa maksudnya. Lain kali akan kulakukan hal yang sama.
Yeah itulah cara mencuci Trial and Error di negeri orang. Apapun yang ingin kau lakukan contohnya seperti mencuci tadi, jangan pernah takut untuk mencoba. Meskipun gagal di percobaan pertama, usahakan untuk tidak mengulangi di percobaan kedua, ketiga, dan seterusnya. Keep trying!
“Hidup tanpa berani mencoba bagaikan burung yang enggan pergi dari sarangnya. Beranikan diri untuk mencoba, dan terbang tinggi ke angkasa, meraih asa”
Hidup takkan berarti tanpa Iman
Iman dapat kita cari lewat renungan
Renungan kita dapatkan dari pembelajaran
Pembelajaran tentang ilmu Kehidupan...
Rabu, 05 September 2012
Washing, Trial and Error
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar