Minggu, 23 Oktober 2011

Very "Nice" Trip

Minggu, 15 Oktober 2011, Jogjakarta-13.30
Aku akhirnya sampai di stasiun Lempuyangan. Awalnya aku hendak naik becak, tapi ternyata pakdheku mau mengantarku. Jadi, waktu dan tenagaku bia kuhemat. Dan ternyata dugaanku salah.
Setelah beli tiket Prameks jurusan Yogya-Solo, aku segera menunggu. Cukup sebentar, kereta akan datang pukul 13.44, dan sekarang sudah pukul 13.30. Aku isi waktu itu dengan membaca buku yang aku beli tadi dari Shopping Centre. "Menatap Punggung Muhammad", itulah judulnya. Buku ini membuatku terpana. Cukup seru dan membuatku tenggelam dalam kalimat-kalimatnya.
Setelah pukul 13.44, diumumkan bahwa Prameks akan datang. Aku tak begitu menghiraukan penjelasan selanjutnya. Jadi, aku pikir itu adalah prameks yang akan membawaku ke Solo.
Di dalam kereta, aku santai saja tak ada pikiran apapun tentang kereta ini. Aku melanjutkan membaca. Di tengah jalan aku baru teringat sesuatu, ternyata arah kereta ini berlawanan dengan arah ke Solo. Aku mencoba meredam pikiran itu, karena aku pikir itu hanya prasangku saja. Tapi ternyata prasangkaku benar.
Ketika kondektur mengecek semua karcis, aku melihat bapak di sebelahku memiliki karcis yang berbeda denganku. Daerah tujuannya bukan solo_balapan tapi Kutoharjo. Habislah diriku. Ketika kondektur menyuruhku untuk menunjukkan ticket, aku langsung keringet dingin dan deg2an bukan maen. Pikirku, aku akan ditangkap dan dilemparkan keluar kereta. Berguling2 di tanah dan darah mengucur dari kepala seperti yang di film2. Ah, film hanyalah film. Sang kondektur hanya menanyakan, "Masnya mau turun dimana". "Solo balapan, salah kereta ya pak?", jawabku dengan gugup. "Iya mas, ya dah nanti mas turun di Wates aja, balik lagi ke Jogja", tutur beliau. "Beli ticket lagi?", tanyaku. "Lha, iya mas. Ticket ini dah gak berlaku lagi". Berita buruk, artinya aku harus mengeluarkan 10rb lagi untuk kembali. Habis sudah uang sakuku. Aku berusaha tetap cool dan tenang. He2x..
Dengan lunglai, aku turun dari kereta. Tak kusangka, aku salah kereta. Ah, memang sudah nasib. Dan hal pertama yang akan aku lakukan adalah menuju ke loket, beli karcis lagi. Sebenarnya enggan aku membeli tiket lagi, tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah hasil kecerobohanku.
Di loket langsung aku minta tiket jurusan ke solo. Dan ternya, harganya lebih mahal...2 kali lipat. Jederrrr... Bagi petir di siang bolong, aku kaget bukan maen. Bukan 10rb yang harus aku keluarkan, ternyata 20rb lah yang aku keluarkan. Aduhhh...pusing kepalaku.
Ah, aku benar2 menyesal, mengapa tadi aku gak konsen. Penyesalan selalu datang terakhir. Benar khan kawan?
Ya sudah, mau bagaimana lagi. Sekarang pukul 14.15 dan jadwal kedatangan kereta adalah pukul 15.45. Cukup lama bagiku yang terburu-buru ke asrama. Dan di tiket tercantum, arrival datenya adalah 17.59. Mutlak sudah ketelatanku, karena absen di asrama akan dimulai pukul 17.00. Tak mungkin aku sampai sebelum itu. Pasrah sudah, mau bagaimana lagi.
Kemudian aku duduk di musholla stasiun. Aku sendirian,termenung sebentar meratapi nasib, melihat sekitar, menghirup udara Wates yang cukup segar, suasananya amat lengang. Penumpang yang menunggu di stasiun cukup sedikit. Lalu memutuskan untuk melanjutkan membaca novel yang tadi aku baca. Ah, sambil menunggu, daripada tak melakukan apapun.
Tiba2, ketenangan bacaku terusik oleh sepasang kekasih, entahlah mereka sudah menikah atau belum, yang datang ke musholla. Mereka berbincang, cukup mengganggu konsentrasiku. Ah, kuingatkan juga sungkan. Jadi, aku pergi saja dulu sementara. Kebetulan adzan asar dikumandangkan. Kemudian aku mencari masjid di sekitar untuk sholat berjamaah. Untuk menenangkan diri, mengadu pada Yang Kuasa. Memohon kelancaran perjalanan pulang ke asrama.
Setelah aku kembali ke musholla di stasiun, ternyata pasangan gak jelas tadi sudah pergi, hanya ada bapak2 yang sholat asar di sana. So, aku melanjutkan lagi membacanya. Novel ini benar2 ingin sekali aku selesaikan.
Alhamdulillah, kereta yang aku tunggu datang juga. Setelah sekian lama menunggu, datang sudah harapan untuk kembali pulang. Dengan senang hati dan yakin aku masuk ke gerbong. Di dalam gerbong aku tak mendapat tempat duduk kawan. Jadi, nggleparlah aku di lantai. Bersila, dan masih melanjutkan baca novel. Seru sekali.
Dan setelah 30 menit berlalu Prameks ini tiba kembali di lempuyangan. Aku jadi malu rasanya, mengapa aku bisa salah kereta padahal sudah jelas benar kalau Prameks jurusan solo balapan itu menuju ke Timur. Ah, sudahlah.
Penumpangpun masuk. Tambah pengap pastinya. aku tak bisa lagi duduk bersila di lantai. Kalau aku duduk, rasanya tambah pengap, panas, bisa2 aku dehidrasi. Aku melihat penumpang yang masuk. Ada yang bawa barang bawaan banyak, bawa anak2 mereka, ada yang pulang dari kuliah dsb. Dan ternyata aku bertemu shohibku. Tak kusangka, Sungguh sebuah kebetulan yang sudah diskenariokan oleh Tuhan. Mereka adalah Ugga dan Humam, kawan satu angakatan di SBBS. Lega rasanya, ada kawan untuk terlambat. :) Langsung saja aku menyapa mereka, berbincang, menceritakan kecerobohanku, dan alasan keterlambatan mereka, seru sekali rasanya ada teman berbincang.
Alhamdulillah, akhirnya dengan muka lusuh kami tiba di stasiun solo balapan pukul 17.45. Langsung kita tanyakan sopir Bus RELA, bus yang akan kita naiki, kapan bus ini akan berangkat. Ternyata bus akan berangkat pukul 18.45. Ah, menunggu lagi. Ini berarti akan semakin malam kami tiba di asrama. Apa boleh buat.
Waktu sholat magrib tiba. Dan kami putuskan untuk sholat dulu di sana. Ah, tenang kembali rasanya. Setelah sholat, rasa lapar yang amat sangat datang menjalar. Apalagi mereka berdua belum makan nasi seharian. Kasihan sekali mereka. Akhirnya kita putuskan untuk ngangkring di luar terminal. Sekalian "ngrakit", maksudnya bikin roti tawar selai susu yang dibawa Ugga. Entah istilah darimana itu, muncul sendiri.
Kami pesan susu jahe untuk penghangat tubuh ini. Eh, ternyata sopir bus yang kita temui juga sedang berada di angkringan tersebut. "Sante mas, montore isih nang njero, isih suwe, rene ngombe2 sik, gen anget", katanya kepada kami. Ah, susu jahe malam itu terasa amat nikmat. Ditambah lagi dengan "rakitan" kita, sip maknyosss.
"Arep nyang ndhi to mas?", tanya sopir tadi.
"Pulang ke gemolong", jawabku.
"Sekolah tho?"
"Nggih Pak, teng SBBS, sekolah asrama."
"Oh lha sekolah SBI kae tho, Internasional iyo?"
(berpikir sejenak)"Ngg..nggih pak, kula nang SMA ne"
"Oalah jan kono kae ki sekolah wong pinter2"
(aku menoleh ke humam dan ugga, mereka merenges)
(aku diem)
"Mbayare piro kuwi?"
"E..1,3 perbulan pak"
"Weleh2 larang tenan yo, kuwi sekolah yayasan yo?"
"Mboten Pak, kerjasama samna pemerintah Pak"
"Oh, sing diresmikke karo Mega kae tho?"
(aku diem lagi)
"Sama Pak Untung Pak"
"Alah Untung kae opoo~" (ujarnya sinis)
(aku senyum)
"Yo sip lah ndang sianu sing pinter"
"Nggih suwun Pak"
"Aku disekolahke pinter2, eh malah dadi sopir bus"
(aku senyum, bapaknya malah curhat. He3x)
Setelah itu hujan deras. Begitu tiba-tiba. Akhirnyapun mau tidak mau kita harus menunggu. Dan juga sopirnya. Akibatnya, perjalanan pulang kami harus terundur lagi. Ah, semakin malam saja rasanya.
Bau hujan membuatku menjadi segar. Meski muka sudah kusut dan lusuh tetapi setelah menikmati aroma hujan dan udara yang segar ini membuatku melupakan sejenak masalah yang sedang aku hadapi. Lega.
Setelah reda, kira2 sekitar pukul 7, sopir bus yang tadi juga duduk di angkringan beranjak. Namun,kita juga harus menunggu beberapa lama. Entah apa yang dilakukan sopir bus itu. Pokoknya kami harus menunggu dirinya lagi. Ah, sudahlah sabar saja.
10 menit lagi kita sudah menunggu, akhirnya ia datang juga. "Masuk mas!", serunya. "Ah, kenapa nggak dari tadi,sih? Ngapain juga? Cari penumpang? Orang sudah gak da siapa-siapa lagi kecuali kita", ujarku dalam hati.
Ah, semakin lusuh saja diriku. Setelah duduk di kursi bus, yang tampak telah melalui kerasnya kehidupan, Ugga dan Humam langsung terlelap tidur. Aku? Entah mengapa sebenarnya aku mengantuk, tapi masih ada saja hal yang aku pikirkan. Aku mengingat kembali perjalan tadi. Aku tersenyum-senyum sendiri. Tertawa kecil. Dan berusaha mencari hikmah dari perjalanan ini. Bersyukurlah aku tidak pulang ke asrama malam-malam sendirian. Entah bagaimana jadinya kalau aku sendirian saja tadi. Mungkin sudah seperti orang hilang saja. Allah Ya Rahman Ya Rahim. Mungkin perjalan tadi adalah cobaan dari-Nya. Yeah, pasti Dia telah merencanakannya. Aku senang.
Alhamdulillah, lampu asrama terlihat sudah. Meski dari kejauhan. Kami menyusuri lapangan bola. Gelap. Dingin. Capek. Segera kita ke kantin. Berharap masih ada sisa makanan sore tadi. Dan ternyata ada.
Kita makan sepuasnya. Nikmat rasanya. Ini pengalaman pertamaku datang ke asrama malam-malam dari luar kota. Hebat. Tiba-tiba pembina asramaku, Feri Abi, datang. Aku sudah pasrah akan diapakan saja. Beliau menanyakan alasan keterlambatan kami ke asrama. Aku jelaskan secara garis besar. Runtut. Mulai dari salah kereta sampai hujan di Solo tadi. Alhamdulillah beliau pengertian dan memaklumi kami. Kami meneruskan makan. Lapar sekali rasanya.
Setelah mandi, kami sholat Isya. Lalu tidur. Akumasih saja mengingat-ingat perjalanan tadi. Tersenyum-senyum sendiri menyadari betapa cerobohnya aku dan berjanji takkan seperti itu lain kali. Hari ini lebih melelahkan daripada hari Selasa yang pernah aku ceritakan kepada kalian. Ya, sudahlah...
Selamat tidur, kawan. -_-

0 comments:

Posting Komentar