Rabu, 08 Januari 2014

Yang Banyak Terlewatkan...

Sudah lama sekali aku tidak menulis. Kalian bisa melihat sendiri dari tanggal postingan terakhirku dimuat. Isinya pun hanya memberitahukan bahwa aku sengaja berhenti menulis dengan alasan memperbaiki hati. Lalu apakah hatiku sekarang sudah baik? Atau minimal lebih baik daripada sebelumnya? Entah, aku sendiri bingung. Apa yang bisa menjadi ukuran telah baik atau tidaknya hatiku? Dengan berpikir demikian, aku sadar sendiri bahwa belum ada perubahan yang signifikan dalam diriku. Masih seperti dulu.

Apakah kalian berpikir waktu berjalan cepat? Hampir semua orang merasakan demikian. Sudah tahun 1435 hijriah dan 2014 untuk kalender masehi. Mengingat bahwa malam sebelum tahun baru masehi yang lalu, aku yakin seyakin-yakinnya hampir di seluruh negri merayakannya, mesti tak semua. Jika tahun hijriah dalam islam disyariatkan untuk dirayakan pun, orang-orang yang benar paham agama ini bukan merasa suka cita, namun sebaliknya merayakan dengan haru biru. Betapa banyak waktu yang terlalaikan. Namun. mengingat ajaran islam yang menganjurkan umatnya selalu muhasabah diri, tak perlu pula diadakan perayaan tersebut. Benar bukan?

Aku salah satu diantara jutaan orang yang pasti menyesal telah meninggalkan banyak hal. Coba kita renungkan lagi, apa yang telah kita tinggalkan dan kita menyesal telah meninggalkannya?

(Aku yakin yang berakal sehat pasti pernah menyesal. Maka ceritaku ini berlaku untuk kalian. Bagi yang tak terlalu peduli dengan kehidupannya, terserah kalian aku tak memaksa. Aku hanya ingin membuat diriku merenung lewat tulisan ini. Alangkah senangnya, jika kalian pun merenung bersamaku. Menemaniku)
Hal-hal seperti waktu-waktu luang, waktu-waktu sehat, waktu masih bisa bersama dengan keluarga, sahabat-sahabat, dan orang-orang yang kita cintai misalnya. Dari sanapun kita bisa menyesali betapa banyak hal yang tidak kita lakukan terhadap mereka. Mungkin rasa sesal tersebut akan datang disaat tertentu. Seorang mahasiswa menyesal tak bisa mengerjakan ujian akhirnya dengan maksimal, kemudian dia akan menyesal betapa banyak sebenarnya waktu yang bisa dipakai untuk mempersiapkan diri. Seorang yang sedang sakit, struk misalnya, dan terbaring di rumah sakit, menyesal tak bisa melakukan hal-hal yang dia inginkan. Buang air pun susah. Tersiksa. Seorang yang telah merantau jauh menyesal diperantauannya saat mengingat kembali betapa dia sering membuat orang tuanya sedih, membuat saudara-saudaranya kesal, dan banyak momen-momen istimewa bersama keluarga yang pada saat itu dia tak terlalu peduli, tak berhasrat untuk menikmati, pada saat berkumpul bersama misalnya. Yang dipedulikan saat itu adalah urusannya sendiri. Seorang yang bersahabat betapa menyesali persahabatan yang telah lama terbangun runtuh karena hal sepele, atau tak memanfaatkan kesempatan untuk berteman karena keegoisannya sendiri. Aku yakin setiap orang punya cerita.

Itulah yang aku alami sekarang, kawan. Namun jika aku tak berbuat apapun, penyesalan ini akan bertambah, berkembang biak. Jadi, aku tak ingin berpanjang lebar dalam postingan pertama setelah lama memalingkan muka dari blog ini. Entahlah apa yang akan kuisi nanti, kuharap bisa bermanfaat terutama untuk kalian, kawan. Betapa indah berbagi, bukan? Aku sebenarnya punya banyak hal yang ingin kuceritakan kepada kalian. Tak jadi kuungkapkan karena takut kalian tertawakan, kalian abaikan, kalian pandang aneh, kalian pandang aku tukang pamer, juga karena faktor dalam diri seperti rasa malas, dsb. Ah, aku terlalu banyak berprasangka buruk kepada kalian, kawan. Maafkan aku. Sebaiknya aku perbaiki niatku untuk menulis. Seharusnya hanya untuk berbagi ilmu, ya berbagi. Dengan ini kita bisa saling mengingatkan. Agar diantara kita tak ada yang penyesalan setelah jiwa ini terpisah dari raga. Yah, waktu dimana kita berpisah dari dunia fana dan berjumpa dengan-Nya. Semoga kita tak menyesal. Aamiin.

~Salam dari ranah perantauan di bumi Usmani~

0 comments:

Posting Komentar