Selasa, 23 April 2013

Zonguldak

Postingan ini seharusnya aku publish January lalu. Karena agak malas mengurus blog lagi, yahh baru sekarang sempat di publish. Semoga bermanfaat. Sekedar berbagi cerita di Turki. :)

Angin sepoy menemani perjalanan menyusuri kota Zonguldak. Salah satu kota di Turki yang dekat dengan Laut Hitam. Burung-burung camar menari-nari bahagia. Saling bersaut-sautan antar kawannya. Ramai orang di jalan berlalu-lalang. Nampaknya mereka disibukkan oleh pekerjaan dunia. Kota ini indah menurutku. Dari pusat kota, aku bisa melihat pegunungan dari arah barat ke timur gagah membentang. Akhirnya tiba juga di tepi laut. Memandangi birunya Laut Hitam. Tenang, sedikit berombak.

Zonguldak adalah kota yang Abiku sebut Istanbul kecil. Karena memang dari segi tata kota menyerupai Istanbul. Jalanan rapi, bangunan-bangunan kuno, bau laut, pertokoan lengkap, kendaraan ramai, lalu lalang orang yang tak kunjung habis menandakan kota ini memang pantas mendapat julukan tersebut. Minimalis tapi menawan. “Gercek Turkiye’nin Sehiri”, ujarku dalam hati yang artinya ‘benar-benar kota Turki’. Maklum aku menyebutnya demikian karena selama di Bolu tak kujumpai ‘warna’ seperti kota ini.

Disini, aku mengikuti program Reading Camp yang diadakan oleh Hizmet. Hizmet adalah sekelompok orang/ jamaah yang mempelajari Risalah Nur dan mengikuti Fethullah Gullen sebagai pemimpin mereka. Tentu aku tidak sendiri, sekitar 30 mahasiswa yang kuliah di Bolu juga mengikuti program ini. Dalam seminggu penuh kami membaca buku-buku agama, khususnya Risallah Nur (karya Bediuzzaman Said Nursi) dan buku karangan Fethullah Gullen. Dan hal tersebut dikompetisikan. Yang terbanyak akan mendapatkan hadiah yang menarik. Jadilah kami berlomba untuk memperbanyak bacaan.

Apa yang aku baca? Aku tidak membaca buku-buku tersebut. Karena buku tersebut berbahasa Turki. Jadi, hanya kubaca Al Qur’an, Kitab Riyadush Shalihin yang kubawa, riwayat sahabat nabi dan beberapa artikel yang baru saja aku print.

Memang, membaca itu jika tak disertai niat akan berat rasanya. Baru 10 menit membaca saja sudah mengantuk. Dan terus begitu. Kadang aku minum cay (baca=teh) atau kopi sebagai tombo ngantuk. Kadang pula ada makanan ringan dan buah-buahan yang disediakan abi-abi sebagai selingan.

Tanggal 23 Januari 2013, masyarakat Turki merayakan maulid nabi. Hari itu mereka mengadakan puasa dan menyerukan kepada sesama untuk bershalawat sebanyak mungkin. Malamnya kami mendirikan sholat tasbih bersama imam, bershalawat dan menyanyikan nasyid berbahasa Turki yang tak aku pahami seluruhnya. Dan ternyata semua penjuru masjid di Turki bergelora merayakannya. Kulihat dari stasiun televisi yang menyiarkan acara perayaan tersebut. Ramai.

Malamnya sebelum pulang ke Bolu, kami menuju tepi laut di Zonguldak. Berhubung bus yang kami gunakan memiliki kapasitas yang sedikit, aku terpaksa berdiri sepanjang perjalanan. Karadeniz memang mempunyai pesona tersendiri. Ombaknya tak terlalu besar. Angin sepoynya nikmat. Cahaya rembulan pun menjadi penghias indahnya laut di malam itu, malam terakhir sebelum meninggalkan Zonguldak. Ah sayang, kami tak memiliki banyak waktu.

Tepat pukul 7, kami pulang ke Bolu. Terasa cepat memang waktu berlalu. Lelah dan penat ini menjadi bukti perjalananku selama seminggu mengikuti program tersebut. Ah, banyak kota di turki yang ingin aku kunjungi. Namun, karena disini bensin mahal otomatis transportasi pun mahal. Yah, semoga lain waktu jemaat tak kapok mengajakku ke kota lain. Aamiin. Dunia ini indah, namun hanyalah sementara. Indah dimata saja, sering sekali menipu. Waspadalah!

0 comments:

Posting Komentar