Keburukan jika dibalas dengan keburukan, ibarat api yang diguyur bensin. Masalah akan tambah besar, benar begitu bukan? Kadang orang disekitar kita berbuat dzalim kepada diri ini dan tentu terlukalah hati . Kedzaliman mereka bisa berupa perkataan maupun perbuatan. Yang pasti orang yang mendzalimi kita tersebut kebanyakan tak sadar telah menyakiti perasaan kita. Lalu pantaskah kita membalasnya dengan hal yang serupa? Yaitu dengan kedzaliman yang mirip? Bukankah kita punya hak untuk membalas kedzaliman tersebut?
Tapi, apakah jalan tersebut merupakan penyelesaian dari permasalahan di atas? Sungguh jika kita melihat kembali sejarah, Rasulullah selalu membalas keburukan dengan kebaikan disertai sifat sabar. Disaat beliau berdakwah, kaum musyrikin selalu mendzalimi. Namun, beliau tetap sabar dan justru mendoakan kebaikan atas mereka, karena mereka belum mengetahui.
Lhoh, kita kan bukan Rasulullah? Ya memang benar. Siapa pula yang mau meng-klaim dirinya Rasulullah kecuali dia benar-benar sesat? Bukankah Rasulullah ita akui sebagai suri teladan kita. Uswatun Khasanah bagi seluruh umat. Bukankah mencintai sunnahnya juga merupakan perintah dari Allah? So, seusai pengalamanku sendiri, membalas keburukan dengan keburukan itu tak enak. Tak nyaman di hati. Kedepannya juga bakal tak karuan. Justru akan menambah parah permasalahan yang ada. Sudahlah hidup damai-damai saja kenapa? Nikmat memang...
Hmm..yang namanya manusia selalu akan dirundung cobaan. Kadang kita berusaha memaafkan mereka, namun mereka tak merasa bersalah. Dan ini benar-benar menekan batin, bukan? Sabar dan sholat telah diperintahkan kepada kita sebagai solusi atau penolong dari segala permasalahan yang ada. Jika kita tahu apa yang dirasakan Rasulullah pada saat berdakwah di masa awal, sungguh permasalah kita ini tak ada apa-apanya. Hmm...semoga tak sekedar tulisan saja. Bismillah...
0 comments:
Posting Komentar