"Penyesalan selalu datang di akhir". Ah, kata ini sudah biasa. "Waktu rasanya cepat sekali berlalu". Ah, pasti sudah kalian sebut berkali-kali. "Kenapa aku tidak begini, keapa tidak begitu". Yah, itu pasti kata-kata yang terungkap paling tidak terbesit di hati kita saat kita sadar bahwa kita telah melalui waktu kita yang amat berharga ini dengan sia-sia. Banyak orang yang bingung, galau bahkan sampai stress ketika sadar pekerjaan maupun tanggung jawab yang perlu mereka selesaikan menumpuk. Apalagi sebagai anak pelajar. Liburan bisa menjadi mara bahaya bagi pelajar yang tidak menggunakannya betul-betul untuk melakukan hal yang baik. Betul nggak? Bayangkan saja, liburan pasti rasanya selalu enak, bebas melakukan yang kita mau, terutama hal-hal yang jarang (atau sebenarnya sering namun karena rasanya terganggu oleh jam sekolah maka menjadi jarang) kita lakukan saat sekolah. Misalnya melakukan hobi kita yang bermacam rupanya. Nah, justru hal tersebut sangat beresiko sekali membuat kita, pelajar, lalai akan pekerjaan dan tanggung jawab yang seharusnya dapat kita selesaikan saat liburan. Yah, itu faktanya. Jadi kesimpulannya apakah liburan ini kita tidak boleh bersantai, bermain dan melakukan hal yang kita sukai? Jawabannya TIDAK. Kita boleh memanfaatkan waktu liburan untuk sekedar refresing dan berkumpul dengan keuarga (khususnya bagi pelajar yang jauh dari ortu di rumah). Namun, seharusnya kita juga bisa menjaga diri agar tidak TERLALU larut dalam SANTAInya berlibur. Tapi yang menjadi pokok permasalahan adalah faham kita tentang liburan. Liburan adalah waktu tenang yang harus dimanfaatkan secara MAKSIMAL untuk berSANTAI. Aku, terus terang sudah mengalami berpuluh2 liburan sekolah namun belum ada yang bisa kumanfaatkan dengan maksimal. Tapi dalam hatiku yang sering mengatakan kalimat2 di awal paragraf pertama kali tadi akhirnya tersadarkan oleh kawan-kawanku sendiri. Dari cerita mereka, aku menjadi penuh dengan penyesalan. Mereka selama liburan ini giat berusaha, belajar dan membaca buku apa saja yang berguna. Mereka tahu apa yang akan segera mereka hadapi. Salah satunya adalah UN dan SNMPTN juga SAT. Ah, aku terlalu terlena dengan yang namanya liburan. Aku sendiri sering stress, mengapa tak bisa kumanfaatkan dengan benar liburan ini. Padahal ini adalah liburan terakhir sebelum perjalanan menuju gerbang akhir SMA. Pertama yang kulakukan adalah TAK ADA. Menyesal. Sedih. Panik. Ya itu dia. Aku bingung harus melakukan apa. Belajar? Mengapa tubuh ini susah digerakkan hanya untuk belajar? Mengapa otak ini selalu manja ingin diistirahatkan dengan sesuatu yang kusenangi? Mengapa hati ini...tunggu. Hati ini selalu susah payah mengajakku ke dalam kebaikan. Membisikkan kalimat-kalimat bijak dan injeksi semangat. Namun, gara-gara pikiranku sudah MALAS, aku tolak mentah-mentah kata hatiku. Membiarkan lewat begitu saja. Padahal jika aku turuti suara hatiku dulu, aku takkan menyesal seperti ini. Ya, hati tahu apa yang seharusnya kita lakukan dan yang seharusnya tidak kita lakukan. Ini adalah arti sebenarnya dari Surat Alzalzalah ayat 7-8. Yah, itulah yang aku dapatkan dari mengikuti pengajian di Masjid Besar (aku lupa namanya) dekat rumahku. Yah, hati tahu kebaikan dan kejahatan yang kita lakukan. Sebagai contoh, coba kita melakukan hal yang baik, misalnya sholat, membantu orang tua, bershodaqoh, belajar, pasti hati kita akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang luar biasa. Adem rasanya. Berbeda dengan kita melakukan kejahatan, kedzoliman, kemaksiatan. Hati rasanya akan merasa gelisah, sakit, senat-senut (karena jantung deg-degan), badan jadi tak enak, keringat dingin, kepala pening ah kompilasi macamnya. Benar bukan? pernahkan kalian merasakan demikian. Jika kita memasang "TELINGA" kita benar-benar pasti kita dapat "mendengarkan" suara hati kita. Dan suara hati itu tak pernah bohong. Jika yang kita dengar keburukan itu bukan berasal dari hati, tapi berasal dari syaiton laknatullah. Hati itu ibarat air sungai yang bening. Maka akan terlihat jelas keindahannya. Ikan-ikan akan terlihat jelas sedang bergembira di sana. Pada hakikatnya semua sungai itu bening. Lalu mengapa sungai-sungai di INDONESIA keruh, hitam pekat, bau, menjijikkan? Karena ulah manusia. Ulah kita. Coba kalian renungkan sendiri. Begitu pula hati. Pada hakikatnya hati ini bersih, suci tak bernoda. Namun mengapa banyak manusia melakukan kejahatan? karena mereka tega membiarkan hati mereka berpenyakit. Tak pernah di rawat dengan ibadah. TAk pernah diberi makan dengan iman. Tak pernah dikasihi bahkan dicampakkan. Manusia seperti kita in memang tega sekali membuat hati yang sebenarnya amat baik kepada kita ini menjadi tersiksa. Namun hati tak pernah marah. Bahkan tak pernah menyerah untuk membujuk kita kembali ke jalan yang benar. Itulah hati. Ah, aku tak pantas memang menuliskan hal tadi. Aku sadar selama itu salah. Aku menyadarinya. Tapi lihatlah diriku penuh keEGOISAN dipenuhi NAFSU duiawi yang tak kunjung padam, sengaja menutup-nutupi suara hati. Belum lagi bisikan-bisika syaiton yang lebih mudah dan sering terdengar gara-gara IMAN ini terlalu lemah. Astaghfirullah...astaghfirullah..astaghfirullah. Yeah, kini aku ingin bangkit lagi. Memang waktu yang berharga sudah berlalu. Buat apa meratapi yang telah laul karena yang telah lalu takkan mungkin bisa kembali. Tapi utnuk selanjutnya kita harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Agar kalimat-kalimat di paragraf awal tak lagi terbesit di hati kita. Kata-kata ayahku yang membuatku semangat lagi adalah "Jika ingin percaya diri dalam kehidupan ingatlah selalu Allah". Yah coba kalian renungkan sendiri saja kalimat itu(terutama yang sedang GALAU :). Oke sudah cukup untuk berteori, sudah saatnya kita buktikan teori kita dalam perbuatan untuk membuktikan kebenarannya.
Read More......