Semua orang pernah jatuh cinta. Sudah banyak contohnya khan? Namun ada suatu hal yang membuatku bingung. Entah mengapa. 1 hari sebelum hari ibu di akhir tahun 2010, hari itu Jakarta mendung. Dingin. Angin kencang. Aku menyusuri kawasan Blok M yang tak pernah sepi meski hujan rintik sudah menyerbu. Mereka tak mempedulikannya termasuk aku. Aku berniat untuk memberikan kado kepada temanku yang besok hari akan ulang tahun. Aku bersama temanku. Berdua. Ah, benar-benar perjuangan. Aku keliling-keliling blok M hanya untuk mencari novel. Novel yang pernah kubaca dan aku anggap aat berbobot. Jadi aku pikir cocok untuk kujadikan kado untuk temanku. Dengan harapan berbagi ilmu dan pelajaran dari novel tersebut. Akhirnya jam 4 tepat aku berhasil menemukannya di sebuah took buku gramedia yang tempatnya terpencil sekali. Ah, ini juga membuatku bingung, mengapa mereka membuatnya terpencil begini? Jelas saja Gramedia yang satu ini sepi akan pengunjung. Ah tapi biarlah, bukan itu pokok permasalahanku sekarang. Setelah itu kita berdua langsung pulang naik bus. Lebih tepatnya metro mini.
Di tengah perjalanan, temanku memberitahuku sesuatu. Sesuatu yang malu-malu ia ucapkan. Dan dia kata lewat SMS. Sesuatu yang sudah kupikirkan dan merupakan perkiraan terburukku. Dan ternyata itu benar. Satu lagi temanku memproklamirkan status barunya. Yang tadinya “Single” menjadi “in a relationship”. Kau tau siapa yang menjadi pasangannya? Yaitu teman yang akan kuberi kado ini. Tak enak hati kawan, tak enak hati jadinya. Ah, aku tak habis pikir. Mengapa kawanku akhirnya mencoba untuk melakukan sesuatu hal yang tak kuiinginkan. Beberapa hari yang lalu salah seorang temanku juga begitu. Ia rencananya malah akan melamar sang gadis pujaaan. Apa? 16 tahun umurnya, sudah mau melamar? Yakin sekali dia. Ah terserahlah. Mungkin dia benar-benar sudah menemukan pendamping hidupnya.
Entah aku susah untuk seperti itu, jujur mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis yang kita anggap spesial. Namun, semua itu tampak mudah bagi semua teman-temanku. Ya Allah apakah aku harus seperti mereka. Jika tidak dengan perlindunganmu ya Allah, mungkin sejak dulu-dulu aku sudah pacaran. Ah, aku sebenarnya agak kecewa kawan. Kecewa pada temanku. Rasa kecewa itu namun hilang setelah aku sholat isya. Alhamdulillah.
Ah, aku bingung? Apakah harus mengikuti mereka. Namun, hatiku berteriak, “Tidak!!! Tidak untuk saat ini”. Aku harus bersabar. 17 tahun. Masih terlalu muda untuk mengikrarkan suatu cinta kepada seseorang. Mengungkapkan cinta pada seseorang dengan alasan yang dibuat-buat seindah mungkin seolah-olah kita sudah ditakdirkan jadi pendamping orang itu padahal belum tentu. Semu, hanyalah semu. Kadang juga memaksa. Aku bersama prinsipku. Aku ingin menata dulu diriku. Bisa berbuat banyak pada dunia. Beramal dan berimu yang baik. Aku yakin Allah akan memberi kejutan tentang jodohmu nanti. Yang mungkin pertemuan itu tak pernah kau perkirakan akan sangat indah. Sangat indah hingga kau menitikkan air mata. Air mata bahagia karena suatu perjumpaan. Perjumpaan dengan pendamping hidupmu nanti. Bagi yang masih single tak usah khawatir. Tak usah berpikiran yang macam-macam. Yuk kita beribadah. Allah pasti memberi garansi. Yang kau butuhkan adalah melatih dirimu untuk sabar dan ikhlas. Yah seperti itulah kawanku.
Di tengah perjalanan, temanku memberitahuku sesuatu. Sesuatu yang malu-malu ia ucapkan. Dan dia kata lewat SMS. Sesuatu yang sudah kupikirkan dan merupakan perkiraan terburukku. Dan ternyata itu benar. Satu lagi temanku memproklamirkan status barunya. Yang tadinya “Single” menjadi “in a relationship”. Kau tau siapa yang menjadi pasangannya? Yaitu teman yang akan kuberi kado ini. Tak enak hati kawan, tak enak hati jadinya. Ah, aku tak habis pikir. Mengapa kawanku akhirnya mencoba untuk melakukan sesuatu hal yang tak kuiinginkan. Beberapa hari yang lalu salah seorang temanku juga begitu. Ia rencananya malah akan melamar sang gadis pujaaan. Apa? 16 tahun umurnya, sudah mau melamar? Yakin sekali dia. Ah terserahlah. Mungkin dia benar-benar sudah menemukan pendamping hidupnya.
Entah aku susah untuk seperti itu, jujur mengungkapkan perasaan kepada lawan jenis yang kita anggap spesial. Namun, semua itu tampak mudah bagi semua teman-temanku. Ya Allah apakah aku harus seperti mereka. Jika tidak dengan perlindunganmu ya Allah, mungkin sejak dulu-dulu aku sudah pacaran. Ah, aku sebenarnya agak kecewa kawan. Kecewa pada temanku. Rasa kecewa itu namun hilang setelah aku sholat isya. Alhamdulillah.
Ah, aku bingung? Apakah harus mengikuti mereka. Namun, hatiku berteriak, “Tidak!!! Tidak untuk saat ini”. Aku harus bersabar. 17 tahun. Masih terlalu muda untuk mengikrarkan suatu cinta kepada seseorang. Mengungkapkan cinta pada seseorang dengan alasan yang dibuat-buat seindah mungkin seolah-olah kita sudah ditakdirkan jadi pendamping orang itu padahal belum tentu. Semu, hanyalah semu. Kadang juga memaksa. Aku bersama prinsipku. Aku ingin menata dulu diriku. Bisa berbuat banyak pada dunia. Beramal dan berimu yang baik. Aku yakin Allah akan memberi kejutan tentang jodohmu nanti. Yang mungkin pertemuan itu tak pernah kau perkirakan akan sangat indah. Sangat indah hingga kau menitikkan air mata. Air mata bahagia karena suatu perjumpaan. Perjumpaan dengan pendamping hidupmu nanti. Bagi yang masih single tak usah khawatir. Tak usah berpikiran yang macam-macam. Yuk kita beribadah. Allah pasti memberi garansi. Yang kau butuhkan adalah melatih dirimu untuk sabar dan ikhlas. Yah seperti itulah kawanku.